PUNYAKUBAE

  • PUNYAKUBAE |
  • Tag
    • Travel Stories
    • Promotional
    • Entertainment
    • Food Experience
  • History
    • 2025
    • 2024
    • 2023
    • 2021
    • 2020
    • 2019
    • 2018
    • 2017
    • 2016
    • 2015
    • 2014
    • 2013
    • 2012
    • 2011
    • 2010
    • 2009
    • 2008
    • empty
      • empty1
      • empty2
Waktu masih kuliah dulu, rencana mau jalan-jalan ke luar negeri, ada temen yang bilang "Kenapa ga ke kota/negara yang menjalin persahabatan dengan bandung aja. Gue lihat ada tugu persahabatan dengan korea di jalan merdeka".
Satu tahun berikutnya, aku ikut acara sketch-walk, dan kebetulan lokasinya di sekitaran kantor walikota Bandung. Selesai sketsa gereja katedral, perhatianku pun tertuju ke salah satu monumen di tengah jalan. Sepintas aku mikir, 'kok mirip gaya-gaya Korea ya'. Eh, ternyata emang bener, monumen ini adalah tanda / peringatan bahwa Kota Bandung menjalin persahabatan dengan Kota Suwon (Korea) sejak tahun 1987. Hmmm... panteeesss...

Kota Sahabat (Sister City) adalah salah satu program dari bentuk kerjasama antar 2 negara. Biasanya kota sahabat terjalin karena ada kesamaan letak geografis maupun sosial, politk, dan budaya masyarakat setempat, dengan tujuan pembangunan ekonomi, pendidikan dan budaya. Beberapa kota di Indonesia dan Korea juga sudah menjalin kerjasama kota sahabat tersebut, seperti Jakarta-Seoul, Bandung-Gangwon, Surabaya-Busan, ...

Jakarta - Seoul
Dua kota ini sudah ga asing lagi bagi dua negara ataupun dunia. Ya, karena 2 kota ini adalah ibukota negara. Jakarta sebagai ibukota Indonesia, dan Seoul sebagai ibukota Korea selatan, telah menjalin hubungan persahabatan sejak tahun 1984. Termasuk kerjasama tertua, tapi jujur gue sendiri ga sebegitu tahu tentang persaudaraan kedua kota ini. Tapi ternyatam, baru-baru ini bentuk kerjasamanya terlihat dari upaya kota Jakarta yang belajar ke Korea mengenai pengembangan sistem transportasi terpadu dan TOD.
 
Sumber: i2.wp & i2.wp
Bandung - Suwon

Terhitung, kedua kota ini telah menjalin persahabatan selama 32 tahun. Salah satu persamaan kedua kota ini, yang mungkin menjadi dasar persaudaraannya adalah sama-sama merupakan ibukota provinsi yang mengelilingi capital city, dengan jumlah warga di  provinsinya adalah  yang terbanyak  di masing-masing negara. Menurut Bagian Kerjasama Kota Bandung, lingkup kerjasamanya meliputi bidang ekonomi dan investasi, serta bidang kebudayaan, seni dan pariwisata. Ada juga pelatihan di bidang ekonomi perkotaan, perencanaan kota, transportasi perkotaan dan e-government. Contoh bentuk kerjasama yang dirasakan dari implementasi ini adalah sungai cikapundung yang mulai tertata.
 
sumber; https://www.dw.com/image/44565755_303.jpg & https://www.globalcustodian.com/wp-content/uploads/2020/05/iStock-917502636.jpg
Busan - Surabaya
Selain sebagai kota nomor ke-2 terbesar di masing-masing negaranya, kedua kota ini sama-sama merupakan kota pelabuhan. Hal itulah yang menjadi dasar utama terjalinya persahabatan antar kedua kota ini sejak tahun 1994. Bentuk kerjasama yang sangat terasa adalah di sektor pendidikan. Klo nonton youtube, banyak juga warga korea yang ke surabaya untuk pertukaran mahasiswa. Menurut Bhirawa Online, guru-guru di kota surabaya juga banyak di kirim ke Busan untuk belajar mengenai pembentukann budaya dan karakter warga Korea yang disiplin, pekerja keras, dan nasionalis, yang merupakan dasar pengembangan kualitas SDM untuk keberhasilan dan kemajuan negara. Tidak hanya itu, di Busan bahkan gedung Busan-Indonesia Center (untuk mengenalkan Indonesia kepada penduduk Korea) di Jalan Surabaya.
sumber : Bhirawa Online


Museum yang didesain oleh 3 stArchitect 

|  Setelah jalan-jalan di Seoullo, gue naik bus melewati sisi selatan Namsan lalu stop di hannamdong. Berdasarkan panduan Naver map, gue harus jalan sekitar 300 m. Karena ini masih hari pertama gue liburan di Korea, kaki masih semangat banget untuk diajak jalan. Alhamdulillah, setelah melewati toko-toko kecil dan area perumahan, gue sampe juga di Leeum Samsung Museum.
  
Mungkin sebagian orang tahu sama museum ini karena pernah dipake sebagai tempat lokasi syuting variety show Korea yang terkenal itu, Running man. Tapi itu bukanlah satu-satunya alasan gue taroh objek ini di wishlist destinasi wisata, bahkan sejak pertama kali gue berencana liburan ke Korea 2015 lalu. Sebagai orang yang belajar di bidang Arsitektur, gue semakin tertarik untuk mengunjungi tempat ini karena bangunannya didesain Mario Botta, Jean Nouvel, dan Rem Koolhas. Nama-nama yang ga asing di telinga gue karena pernah gue denger dari dosen yang menjelaskan di depan kelas, semakin membuat gue penasaran untuk merasakan ruang yang didesain oleh 3 arstitek yang namanya terkenal di dunia tersebut. Setelah 5 tahun berlalu, Alhamdulillah finally I can made it.

Untuk masuk ke area lobby, kita akan melewati jalanan menurun yang dilapisi lantai kayu. Disebelah kiri ada bangunan kaca, di sebelah kanan adalah taman dengan sculpture tumpukan bola-bola silver yang sering dijadikan latar tempat untuk syuting acara tv. Yang gue denger, kalo cuma mau ke area taman ini untuk foto-foto aja, gratis ga perlu bayar. Tadinya mau gitu, tapi bingung masuknya lewat mana. Walhasil gue masuk ke dalam, mengunjungi loby, dan beli tiket 10.000 won. Hehe… yaudahlah ya. Tapi akhirnya, gue ga nyesel kok, karena gue puas sama pengalaman yang gue dapet selama mengunjungi museum ini.
Gue sebenernya bukan tipe orang yang suka mengunjungi museum. Mungkin krn kesan gue terhadap museum adalah tempat gelap, pengap, ga seru, ga asik. Apalagi ada embel-embel untuk belajar, haha ketauan deh males belajar. Tapi sekarang, gue rasa museum ga selamanya membosankan seperti itu, apalagi yang ada embel-embel art-nya. *walau kadang gue juga suka bingung, ga tau, dan ga paham sama nilai seni.
 
 
Jadi, Leeum Samsung Museum ini terbagi menjadi 3 area exhibisi. Sama halnya seperti bangunannya yang didesain oleh 3 arsitek yang sudah gue bilang sebelumnya. Setelah taruh tas di loker (ini disuruh sama petugasnya), gue jalan menuju exhibisi pertama yang didesain oleh Mario Botta. Kalo dilihat dari luar bangunan, area ini berbentuk seperti cone yang ditutupi dengan batu bata exspose. Petugas akan mengarahkan kita untuk naik lift ke lantai 3 (kalo ga salah). Ternyata, area exihibisi ini berisi barang-barang antik macam keramik atau lukisan jaman dulu. Gue seneng sama penataan interior. Terkesan bersih karena kontras background berwarna gelap dan tata cahaya lampunya benar-benar cantik menyinari setiap barang peninggalan sejarah yang menunjukkan budaya Korea. Denah ruangnya yang berbentuk melingkar membuat gue asik melihat setiap barang yang dipajang, tanpa terasa gue sudah selesai berkeliling, dan harus turun untuk melihat objek seni sejarah lainnya di lantai bawah. Saat gue melewati area tangga, lagi-lagi gue dibuat takjub dengan desainnya. Area ini juga salah satu spot utama Leeum Samsung Museum. Bahkan desain bangunannya pun menjadi objek pertunjukan tersendiri di museum ini. Itulah kenapa gue ga nyesel bayar admission fee yang ga murah ini hehe… Setelah 3 lantai gue lihatin semua, selesailah ekshibisi di area museum 1 ini. Tapi eits, ternyata pertunjukan seninya belum berakhir, karena tangga menuju area loby, lagi-lagi dipasang instalasi cahaya lampu lingkaran yang gede nan cantik. Ditambah lagi area ini dilengkapi dengan cermin full di depan dan atas. Oh, ku tak kuasa menahan hasrat untuk selfie di sini. Haha… Makin puas sama museum ini. Bahkan turis lain di belakang gue pun ikutan foto-foto di area tangga ini.
 
 
Dari brosur yang gue tenteng, exhibisi ke dua adalah area yang didesain oleh Jean Nouvel. Kesan maskulin, clean cut, terasa banget di bangunan yang interiornya didominasi oleh warna hitam dan jendela kaca yang menghadap ke taman kecil tertutup. Bukan cuma itu, susunan layer ruangnya pun terasa asik tidak membosankan dengan permainan voidnya. Ngelihat dan merasakan ruangnya, gue tau kalo beliau adalah arsitek aliran modern dgn tarikan garis tegas. Kalo mau disamain, ngingetin gue ke Daniel Libeskin atau karya Zaha Hadid zaman dulu (kalo gue salah, mohon kasih koreksi atau kasih pendapat kalian di kolom komentar ya..). Serupa dengan desainnya, bangunan ini menyimpan koleksi seni yg modern, lukisan maupun installasi. Masih sama juga dengan alur sirkulasi di exhibisi pertama, dimana kita mulai menjelajah ruang pameran dari lantai atas. Walau area tangga tidak didesain wow seperti pada area museum 1, tapi masih tetep terasa kok bahwa interiornya mendapatkan perhatian khusus dengan sentuhan desain maskulin sesuai tema bangunan. Beberapa objek seni di area exhibisi ini bisa gue nikmati krn bikin gue seneng lihatnya, meskipun gue ga ngerti seni. Tambahlah gue ga nyesel sedikitpun keluar uang mengunjungi museum ini. Hihi.. Kayanya sih beberapa karya seni di sini di desain oleh seniman terkenal, krn beberapa nama yang gue baca, ga asing di telinga.
 
Selesai mengunjungi exhibisi ke-2, gue sempet bingung dimana exhibisi selanjutnya. Krn capek, gue duduk dulu di lobi. Di sini tuh ada café dan toko souvenir juga. Kayanya sih ada area workshopnya juga. Tp gue ga mau ngeluarin uang lagi. Haha.. Setelah celingak-celinguk, gue nyadar kalo area exhibisi ke-3 ada di dekat pintu masuk tadi. Oalaah… inilah bangunan desain Rem Koolhas. Memasuki area exhibisi ke-3 juga terasa bahwa ruang dari bangunan ini didesain oleh arsitek yang ga biasa aja. Yang gue tau, om Rem suka mainin layer ruang dengan bentuk geometris desain bangunannya. Sejujurnya, gue agak bingung sih sama alur sirkulasi di exhibit ke-3 ini. Mungkin krn memang tujuannya untuk menampung karya seni yang lebih bebas dan beragam, jadinya dibuat open layout untuk multifungsi. Ruangnya pun lebih terkesan unfurnished, beda banget sama exhibit pertama. Karya seni yang dipajangpun mungkin terlihat aneh bagi orang awam, entah apa nama aliran seninya. Area exhibisi ini jg terdiri dari 2 lantai (klo ga salah). Kayanya sih masih ada ruangan untuk fungsi lain, tapi gue ga berani explore macam-macam kemana-mana, krn sebelumnya gue pun pernah hampir salah masuk sampe ditegor petugasnya. Heehe…

Selesai sudah penjelajahan gue di dalem Leeum Samsung museum ini. Tp gue masih penasaran sama akses area tamannya. Mau ke luar udahan ga tahan sama dinginnya. Jadinya gue ngadem sebentar sambil lihatin peta krn gue pengen banget foto di taman itu. Krn keterbatasan waktu, gue putuskan utk bye-bye sama Museum ini dan berjalan ke luar. Wow, ternyata gue nemu tangga untuk ke area taman itu. Ternyata pas dateng tadi, udah gue lewatin, tp krn pandangan gue cuma fokus ke depan dan ke dinding kaca di sebelah kiri, malah ga lihat tangga ke taman di sebelah kanan. Haha… seneng deh, tanpa ragu gue ke taman itu, foto-foto, selfie, sampe pasang timer (terniat). Gue juga memutuskan untuk sedikit explore bagian luar, sedikit mengitari bangunan. Tapi ga ketemu apa-apa semacam hidden place gitu sih. Lanjut,  gue putuskan untuk ambil jalur pulang ke stasiun hangangjin yang beda dengan jalur pergi tadi, biar banyak pengalaman maksudnya. Tapi kalo lewat jalan itaewon-ro 55-gil ini, lumayan curam. Untung pas pulang ini jalannya turun, jadi kaki masih aman ga perlu kerja keras. Hhehe..



View this post on Instagram

Tau ga sih, ga selamanya museum itu boring! Apalagi yang ada embel-embel modern dan art-nya. Seperti pengalaman gue ke Leeum Samsung Museum di Hannamdong, Februari lalu. Melihat barang-barang antik dan instalasi unik yang dipamerin, bisa jadi pilihan wisata anti mainstream kalian kalo ke Korea. Kalo ke sini, sediain waktu yang cukup, minimal 2 jam untuk keliling museum sambil menikmati setiap karyanya. More story, read on the blog. #AkuDanKorea #KeKoreaAja #리움 #museum #modernart #미술관
A post shared by Debby Seftyarizki (@bydebbydeb) on Jul 10, 2020 at 8:47am PDT




View this post on Instagram

Mario botta, Jean nouvel, Rem koolhaas, adalah alasan aku ke Leeum Samsung Museum. Mau merasakan ruang yang didesain oleh 3 starchitect dunia. Favoritku adalah ruang dalamnya Mario botta, zona 1 yang menyimpan koleksi khas korea. Suasana interior dan lightingnya juara, juga area tangga sebagai sirkulasi vertikal yang amazing buat dilewatin sambil foto-foto. Untuk zona 2, sudut ruang dan bukaannya Jean Nouvel terasa banget modernnya, maskulin, apik. Di zona 3, layering ruang dan geometrinya Rem Koolhaas terasa. . Admission fee ₩ 10,000 Kalo mau foto bagian luar aja, ga bayar kok. 😉 Mampir ke blog ya buat baca review lebih lengkap. . . Senengnya kalo jalan-jalan bisa sambil belajar nambah pengetahuan. #AkudanKorea #kekoreaaja #리움 #museum #architecture #mariobotta #jeannouvel #remkoolhaas #architectour
A post shared by Debby Seftyarizki (@bydebbydeb) on Jul 16, 2020 at 1:


List info cerita lengkap seri Ke Korea Terus bisa lihat di sini
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Travel, Architecture, Korea, Guitar
Hit me a message on

db.guitar.arch@gmail.com

Contact me

Nama

Email *

Pesan *

POPULAR POSTS

  • Ke Korea Lagi
  • Liburan Kulur-Kilir
  • Kost dekat Universitas Bengkulu (UNIB)
  • Thomas Uber Cup 2010
  • Final Thomas Uber Cup 2010

Label

korea jalan-jalan liburan entertainment arsitektur AkuDanKorea KeKoreaAja Badminton Music Makan chord guitar Film Jepang Temen other sahabat korea Taiwan promotion Malaysia Singapore HongKong Lombok palembang game Bali
Diberdayakan oleh Blogger
Punyakubae

Total Tayangan Halaman

Translate

Follow

Designed by OddThemes | Distributed by Blogspot