PUNYAKUBAE

  • PUNYAKUBAE |
  • Tag
    • Travel Stories
    • Promotional
    • Entertainment
    • Food Experience
  • History
    • 2025
    • 2024
    • 2023
    • 2021
    • 2020
    • 2019
    • 2018
    • 2017
    • 2016
    • 2015
    • 2014
    • 2013
    • 2012
    • 2011
    • 2010
    • 2009
    • 2008
    • empty
      • empty1
      • empty2
Itaewon itinerary  

|  Sehabis gagal main ice skating outdoor di Nodeul Island, gue buru-buru ngajak rombongan untuk pindah ke destinasi berikutnya. Karena hari ini adalah hari jumat, harus ngejer waktu jangan sampe ketinggalan sholat jumat. Krn gue jg ga paham jam pastinya sholat jumat di sini, makanya gue putuskan untuk tiba lebih awal di Itaewon. Naik bus, lalu nyambung metro. Lumayan sepi. Lalu tibalah di tempat tujuan. Gue udah ga terlalu asing lagi dengan itaewon krn sebelumnya udah pernah ke sini. Bonyok pun juga demikian, masih hapal. Suasana jalanan menuju masjid itaewon juga khas, ‘kaya sedang jalan di mekah aja’ kata kakakku, karena di sini memang banyak toko-toko yang menjual kebutuhan-kebutuhan umat muslim, mulai dari restoran  halal, supermarket halal, sampe toko baju dan buku islami.

Manis Kitchen
Sebenernya ada hal lain yang gue incer, yang bikin gue memutuskan untuk tiba di itaewon lebih awal, mau jajan dulu. Hahah… Gue baca di internet, katanya di depan masjid ada yg jualan jajanan halal. Ga boleh dilewatkan dong pastinya. Gue dan kakak gue dengan semangat diskusi mau beli jajanan apa di Manis Kitchen ini. Hhihii.. dengan beberapa pertimbangan, gue putuskan untuk beli topoki dan gorengan (harganya kalo ga salah dikisaran 3000 won). Pernah baca juga di internet, kalo gorengan korea tuh enak buat dicocolin pake saus topoki. Eh iya, pas pesen ke Ahjuma, gue sempet di bete-in si do’i krn gue tadinya mau makan di tempat, tapi ga jadi, gue bilang dibungkus aja. Ngomel dah si ahjuma. Kkkk… mana do’i lupa masukin tusukan, eh pas gue minta, dia masih ngomel lagi. Wkwkwk…
 
Gorengan korea  yang gue beli ini terdiri dari macam-macam, ada yang kaya’ bakwan, pistel, ubi goreng, apa lagi ya, lupa. Jadi walopun agak pricey kalo dirupiahin apalagi dibandingin sama gorengan mamang gerobak pinggir jalan di Indonesia, gorengan korea ini lumayan banyak juga. Trus kalo makannya dicocolin ke saus topoki, emang makin enak jadinya. Harus loh cobain ini.


View this post on Instagram

Di seberang masjid Itaewon Seoul, ada toko yang jual beragam jajanan Korea Halal, mulai dari topoki, odeng, twigim (gorengan), kimbab, hopang, dll. Sungguh menggoda untuk dimampiri dan susah untuk dilewatkan. . . Review lengkap tentang jalan-jalan aku di Itaewon akan segera diupdate di blog. Stay tuned! #AkuDanKorea #KeKoreaAja #MuslimFriendlyKorea #간식 #이태원 #maniskitchenkorea
A post shared by Debby Seftyarizki (@bydebbydeb) on Jun 26, 2020 at 9:35pm PDT

Itaewon Mosque
Gue memutuskan makan gorengan sambil duduk-duduk di halaman masjid aja, sambil nunggu  waktu sholat. Soalnya pengalaman 3 tahun lalu, kita ternyata kelamaan nunggu waktu sholat. Di masjid siang itu sudah rame, para ikhwan mulai masuk memenuhi area masjid. Waktunya tepat, Alhamdulillah, ga lama nunggu. Selesai makan jajanan sampe abis, kita kemudian lanjut ambil wudhu. Airnya sejuk pun. Tapi klosetnya bisa puas cebok. Wkwk.. selesai wudhu, ternyata halaman masjid sudah penuh sama ikhwan yang lesehan siap sholat. Agak telat deh ternyata ngatur waktunya. Jadi ga bisa masuk ke masjid, naik ke atas. Kita ngekor akhwat yg abis ambil wudhu jg, ke satu ruangan. Eh, di sini juga ternyata sudah banyak akhwat yang duduk siap sholat. Jadi ga kebagian tempat, mukenah, dan sajadah deh. Terpaksa nunggu sampe jama’ahannya selesai. E tapi sebenernya ini bukan ruang sholat. Kayanya cuma ruang tunggu, atau macam childcare gitu, ruang tempat sosialisasi para ibu-ibu. Jadi, yang mau sholat di sini, perlu lihat-lihat cek arah kiblat, karena orientasi ruangnya memang ga pas menghadap ke kiblat.

Karena kita sholatnya telat, selesai sholatnya pun jg molor dikit, halaman masjid sudah ga crowded. Abang dan papa juga bilangnya sudah foto-foto. Trus kita lihat ada kaya’ bazar buku di depan tangga masjid.  Eh, buku ini gratis lho, sedekah, baik untuk orang yang mau tahu lebih banyak tentang islam, maupun untuk turis muslim yang sedang di korea. Gue ambil buku yang berisikan info tentang Restoran Muslim Friendly di Korea, yang  dicetak oleh KTO. Boleh banget nih buat referensi, apalagi kalo kalian baru nyampe ke Korea hari jumat. Sayangnya gue waktu itu udah hari terakhir. Tp gpp, nothing wasted. Bisa disimpen buat next visit in Korea (hopefully).

Makan Restaurant
Selesai sholat, kalo lagi di itaewon, haruslah makan di salah satu restoran halal. Karena cuma di Itaewon sinilah kita bisa pilih-pilih mau makan di restoran muslim friendly yang mana. Gue juga sudah punya inceran restoran yang telah bersertifikasi Halal dari KMF. Jalan sonoan dikit dari masjid, ada Makan Restaurant. Pas lagi lihat-lihat menu, turis melayu yg lagi berdiri di depan restoran menyarankan untuk coba makan di Eid Restaurant aja. Makanannya lebih Korea ceunah. Jadilah kami jalan sonoan dikit lagi. Di depan Eid Restaurant, terlihat bahwa pengunjungnya penuh.  Ngintip dari jendela kaca, ga ada meja/kursi kosong. Memang waktu itu adalah jam makan siang dan kondisinya pas habis sholat jumat juga (hampir dipastikan semua turis muslim yang ikhwan akan ke itaewon). Mungkin ini sedikit catatan dan challenge buat temen-temen yang ngatur itinerary kunjungan ke Itaewon hari jumat kaya’ gue.
Karena sepertinya tidak ada harapan makan di Eid Restaurant, jadi balik lagi ke Makan Restaurant, yang siang itu belum ramai diisi pengunjung.  Sebenernya emang restoran ini yang gue incer, krn gue mau nyobain Tteokgalbi. Hehe… e tapi, rencananya kan kita mau hemat, mau share menu aja, akak pelayan bilang setiap orang harus pesan satu menu, ga bisa share di resto ini (catet nih guys). Baiklah…. Jadi selain Tteok galbi, pesen samgyetang juga, cukumi, bibimbab, dan bokeumbab (padahal udah nyiapin bekal nasi di tas. Wkwk…).
  
Semakin siang, sambil nunggu menu kami di taruh di meja, pengunjung resto jg semakin ramai. Gue langsung review aja ya menunya… Tteokgalbi (krw 12.000), ternyata adalah semacam patty burger gitu (bukan sliced beef kaya steak, karena memang menu ini terbuat dari daging ribs yang dicincang). Samgyetang (krw 12.000) seperti biasa porsinya gede. Ojingeo Bulgogi (krw 10.000) / grilled squid (kalo di Indo semacam cumi asam-manis-pedas tapi ada topokinya), bibimbab (krw 8.000), dan bokeumbab (krw 8.000), standar, biasa aja. Tapi alhamdulillahnya adalah semua makanan ini halalan toyiban. Dimana lagi coba bisa makan tteokgalbi yang terbuat dari daging sapi yang halal di Korea ini? Oh ya, selain menu utama, seperti restoran korea pada umumnya, side dish yang disediakan lumayan beragam macemnya. So pasti , kami berlima dengan susah payah ngabisin semua makanan yang ada di atas meja.


View this post on Instagram

Setiap kali nonton acara Korea yg makan-makan, pasti langsung pengen nyobain juga. Makanya, pas lagi di Itaewon kemaren, diniatin banget untuk makan Tteokgalbi (beef patty ala korea / minced short-ribs) di salah satu restoran yg sudah bersertifikat halal. Harga standar, ₩ 12.000. Cuma, di Makan Restaurant ini kita ga bisa shared menu. Tapi, dimana lagi di Korea bisa makan daging dengan nyaman tanpa bingung sama kehalalannya, yakhan.. . . Btw, cerita lebih lengkap tentang jalan-jalan aku di Itaewon sudah bisa dibaca di blog. Enjoy~ 😉 #AkuDanKorea #KeKoreaAja #MuslimFriendlyKorea #떡갈비 #한식
A post shared by Debby Seftyarizki (@bydebbydeb) on Jun 30, 2020 at 6:31am PDT


List info cerita lengkap seri Ke Korea Terus bisa lihat di sini
Covid-19 sudah mengguncang dunia, dan memberikan dampak yang sangat luas ke semua sector. Everything will not be the same anymore. Segala upaya juga sudah dilakukan untuk mengatasi dan memulihkan kondisi akibat covid-19. Berikut sedikit pemikiran receh dari aku mengenai upaya yang dapat dilakukan Korea-Indonesia menanggapi isu dan dampak covid-19.
source : alenia.id
  • Bisa dibilang sektor ekonomi adalah salah satu dari yang terpukul. Dan gue termasuk salah satu yang merasakan dampaknya. Tapi, gue bukan ahli di bidang ini. Gue berharap Indonesia-Korea bisa kembali membangun kerjasama yang dapat meningkatkan daya serap tenaga kerja yang banyak kehilangan pekerjaannya.
  • Masih berkaitan dgn sector ekonomi, gue berharap kedua Negara bisa mulai saling membuka satu sama lain, but in a safe way ofcourse. Salah satunya di bidang entertainment dan pariwisata. Sekarangkan ada tuh wisata daring. Atau mulai kembali mengenalkan berbagai macam wisata melalui film, mv, atau tv-show.
  • Pendidikan dan riset memang menjadi modal investasi non-fisik yang menjanjikan. Di bidang ini, gue berharap Indonesia-Korea juga bisa menjalin kerjasama khususnya mengenai hal yang berkaitan dengan covid-19. Bukan cuma di bidang medis dan teknologi saja, tapi juga bisa berbagi mengenai everyday life, how can we live side-by-side with this virus without give a harm to ourself and others. Contoh sederhana adalah talkshow atau seminar tentang bagaimana upaya menghadapi new normal yang dilakukan kedua Negara. Bukan saling mencontoh mentah-mentah, tapi mempelajari bagaimana kebijakan dan keputusan diambil dengan dasar yang menyesuaikan masyarakat dan budaya.

Jujur, sebenernya upaya kerjasama yang sudah dilakukan dua Negara sudah berjalan baik dan optimal. Kalo temen-temen ada ide lain, boleh disuarakan di kolom komentar. :D
Maji -Temple food- 
Restoran Korea Muslim Friendly  


|  Kalo ke Korea, bagi gue wajib makan di restoran khas Korea. Makanya, siang setelah mengunjungi Deoksugung, gue putuskan untuk makan di Maji Temple Food Restaurant yang masuk kategori muslim friendly. Iya, karena makanan kuil identik dengan menu vegetarian tanpa penggunaan bumbu beraroma kuat, bisa dijadikan alternatif bagi muslim yang mencari hidangan otentik khas Korea. (info restoran Maji juga dapat dicek di web KTO ini).

Maji restaurant terletak tidak jauh dari istana terbesar di Korea. Setelah bus berhenti di Gyeongbokgung, tinggal jalan, nyebrang jalan, kemudian masuk dikit ke jalan kecil (bagi yang pernah ke Tosokchon, restoran samgyetang yang terkenal itu, tempatnya berdekatan kok). Restaurant akan terlihat di sebelah kiri kalian, dengan bentuk bangunan hanok khas Korea, dan tulisan Vegan food. Bahkan di pintu depannya juga terdapat stiker ‘muslim friendly’ (bisa dapet diskon nih kalo makan di sini pas Halal Restaurant week event).
  
Dari pintu depan, gue sempet bingung ini beneran resto bukan, masuknya dari mana, karena kita langsung ke area courtyard. Mungkin karena saat itu sudah lewat jam makan, restorannya sepi. Celingak-celinguk, ada ahjumma yang lagi sibuk di courtyard dan kaya’ bilang ‘iya bener ini tempat makan, silahkan masuk ke dalam’, karena lihat gue yang kebingungan. Oh ternyata, emang gini susunan ruang di rumah tradisional hanok, jadi pintu masuk ke ruang makannya dari courtyard tadi. Haha seru, pengalaman baru. Di dalam, ternyata ada namja yang jaga meja kasir, sempet bingung buka sepatu gak, tapi si namja mempersilahkan masuk aja. Oh ternyata ga buka sepatu karena memang makannya duduk di kursi, bukan lesehan. Tapi nuansa tradisional koreanya masih terasa kuat. Keluarga gue impress dengan interiornya.
Menu makan siang yang kita pesen adalah set menu dengan beras merah (10.000 won) dan nasi yang dibungkus daun (12.000 won). Menu recommended yang udah gue cari tahu dulu di internet, karena harganya murah tapi ada banchan yang otentik juga. Tambahannya gue pesen tangsuyuk jamur (3.000 won) karena gue selalu ngiler kalo nonton variety show, bibimbab (9.000 won), dan bubur labu (8.000 won). Review pertama, menu set nya memang memuaskan. Banchan terfavorit adalah salad karena dressingnya enaaaakkkk banget, ada manis-manisnya tapi ga enek, bikin happy makannya. Sementara banchan otentik di sini adalah Pajeonnya. Beneran enak, light-crispynya ada di luar, tapi dalemnya lembuuutt. Ada juga kayanya kimchi lobak, entah kenapa kakak gue doyan. Trus ga ketinggalan kuah sop bening (entah apa namanya ini). Kalo bayam rebus, memang jenis comfort banchan. Selain itu, kimchi sawi dan kacang-kacangan juga jadi pelengkap banchan. Kalo brown rice, biasalah ya, sementara wraped rice ini agak unik. Tapi kalo menurutku rasanya ga se-spesial nasi bakar yang aroma daun pisangnya semerbak. Hehe.. Untuk lauk tambahan, tangsuyuk jamur rasanya juga biasa aja, belum bikin gue sampe ngeras “ooohh… gini toh rasa tangsuyuk...”. Menu tambahan yang juga jadi favorit adalah Bibimbab. Saosnya itu uasli uenake rek. Harus coba! Mungkin bisa dibilang bibimbab terenak yang pernah gue coba selama ini. Denger-denger nih, mereka buat saos sendiri loh. Kelihatan ada banyak earthen-ware, tempat biasa nyimpen saus home-made di courtyardnya pas masuk tadi. Untuk menu tambahan terakhir,  bubur labu, literely nasi yang dijadiin bubur dicampur sama labu. Udah gitu aja. Gue kirain macam cream-soup labu, ambyar ekspektasi. Haha… dan ini rasanya beneran hambar. Semakin disadarkan bahwa resto ini memang menyajikan makanan sehat. Emang sih di dapur gue ga ada penyedap, dan mulai untuk ga pake banyak garem, tp ga se-hambar ini juga. Karena anak micin udah ga tahan, jadilah bokap gue minta garem ke namja pegawai itu. Barulah terasa makanan ini di lidah.
   
Well, itu aja review tentang restoran muslim friendly, Maji Vegan Temple Food. Worth to visit buat yang mau ngerasain suasana makan di rumah tradisional, dan buat yang penasaran sama temple food tapi males kalo harus ke kuil di gunung. Lokasi strategis, ga jauh, deket main tourism attraction, ga susah dicari juga. Harganya pun tergolong ramah di kantong di banding vegan food muslim friendly lainnya yang di hotel berbintang atau yang masuk list Michelin guide. Plus, ini adalah makanan sehat. 잘 먹겠습니다~.



View this post on Instagram

Restoran vegetarian bisa dijadikan alternatif pilihan bagi turis muslim saat sedang melancong di Korea. Salah satunya, restoran Maji yang letaknya dekat Gyeongbokgung, dan menawarkan pilihan menu temple food. Di sini, kamu bisa makan berbagai masakan khas korea dengan harga terjangkau. . Info review lebih lengkap bisa baca di blog. . #akudankorea #kekoreaaja #MuslimFriendlyKorea #무슬림 #할랄푸드 #서촌마지 #TempleFood #VeganFood
A post shared by Debby Seftyarizki (@bydebbydeb) on Jun 3, 2020 at 5:34am PDT




View this post on Instagram

Bibimbab bisa dijadikan pilihan menu makanan korea yang muslim friendly karena umumnya merupakan nasi yang diaduk bersama sayuran dan saus cabai. Bibimbab di restoran Maji adalah salah satu bibimbab dengan gochujang terenak yang pernah gue coba. . . Cerita lengkap silahkan baca di blog yaa.. *link di bio . #AkuDanKorea #KeKoreaAja #MuslimFriendlyKorea #서촌마지 #TempleFood #VeganFood #비빔밤 #푸드스타그램
A post shared by Debby Seftyarizki (@bydebbydeb) on Jun 10, 2020 at 12:07am PDT


List info cerita lengkap seri Ke Korea Terus bisa lihat di sini
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Travel, Architecture, Korea, Guitar
Hit me a message on

db.guitar.arch@gmail.com

Contact me

Nama

Email *

Pesan *

POPULAR POSTS

  • Ke Korea Lagi
  • Liburan Kulur-Kilir
  • Kost dekat Universitas Bengkulu (UNIB)
  • Thomas Uber Cup 2010
  • Final Thomas Uber Cup 2010

Label

korea jalan-jalan liburan entertainment arsitektur AkuDanKorea KeKoreaAja Badminton Music Makan chord guitar Film Jepang Temen other sahabat korea Taiwan promotion Malaysia Singapore HongKong Lombok palembang game Bali
Diberdayakan oleh Blogger
Punyakubae

Total Tayangan Halaman

Translate

Follow

Designed by OddThemes | Distributed by Blogspot