Hattrick Korea

Day 4

Changdeokgung Gate
Bangun pagi, siap-siap beres-beres barang karena kita mau check-out buat pindah. Tapi siang ini, kita bakal jalan-jalan dan mampir dulu ke area kota lamanya seoul, Insadong. Dan koper dititip di resepsionis hostel. Seperti biasa, rugi kalo ga sarapan dan ga lupa juga buat nyiapin bekal. Pagi itu, sama seperti hari sebelumnya, jalan dari hostel menuju stasiun subway, banyak papasan sama cewe-cewe mahasiswa. Boleh nih yang cowo-cowo kalo mau nyuci mata nginepnya di hostel sini. Wkwkwk… Dari stasiun Ewha, kita harus transit di City hall buat ganti ke line 3 (orange) dan stop di Stasiun Anguk.

Changdeokgung
Gue memilih untuk mengunjungi Changdeokgung diantara sekian banyak istana di Seoul karena ini adalah salah satu istana yang masuk ke dalam warisan dunia (unesco). 2 tahun lalu, sempet sekilas ngelihat Gyeongbokgung. Tapi karena temen udah ke sana dan mereka ga tertarik, jadinya kita cuma sampe Gwangwamun-nya aja. Kali ini gue HARUS masuk ke dalam!
Dari stasiun Anguk keluar di pintu 3, sempet mampir ke Daiso buat beli sumpit. Dari stasiun, lumayan sih jalannya, apalagi ditambah kemaren-kemaren udah banyakan jalan. Hingga akhirnya tiba di depan bangunan yang beratapkan ciri khas arsitektur korea dan ada loket tiketnya. Awalnya gue sempet ragu, apakah ini benar Changdeokgung. Gue juga agak bingung ngelihat di peta, karena komplek istananya gabung sama bangunan bersejarah lainnya. Untuk memastikan, gue nanya di bagian informasi (dibalik loket tiket), dan mereka jawab “yes, right. You should buy the ticket first”. Harga satu orangnya 3.000 won. Biasa, bokap gue yang pelit awalnya ga mau, tapi gue maksa “ayolah pa, sudah jauh-jauh ke korea, masa’ ga masuk liat-liat bangunan kerajaannya”. Akhirnya kita masuk juga. Oh iya, gue lupa. Harusnya kita nyewa hanbok aja, biar gratis. Hihi…
Front area of Changdeokgung Palace
Begitu memasuki gerbang, gue menikmati setiap langkah kaki, because it’s my first time go inside the Palace. Banyak pepohonan gede dan rindang di pelataran depan dekat dengan gerbang utama istana Changdeokgung. Konon sih, dahulu kala, Changdeokgung ini adalah istana tempat tinggalnya keluarga kerajaan. Enak banget yak tinggal di tempat adem begini. Sayangnya, siang itu kita ga didampingi oleh tour guide. Bingung gue sama jadwalnya free tour guide, jadinya kita ngider-ngider sendiri di dalam kompleks istana tersebut.
Injeongjeon Hall - Interior
Fasade detail
Injeongjeon hall
Area pertama yang kami kunjungi adalah Gwollaegaksa. Area ini padat oleh bangunan khas tradisional korea berwarna merah dan hijau, jendela garis-garis vertical-horizontal, serta atap yang banyak ukirannya itu. So pasti ga ketinggalan buat foto sana-sini. Pagi itu juga suasana masih ga rame. Tapi jangan terlalu excited karena kegirangannya harus disisakan untuk area lain. Ngerasa udah banyak foto-foto, kita lanjut ke area berikutnya, masuk ke dalam area istana lebih dalam, melalui gerbang berikutnya.
Ada pelataran luas dengan jalur lurus beralaskan batu beton dan tanah pasir di kiri-kanannya. Kemudian belok ke gerbang berikutnya, memasuki area dengan halaman yang luas dan bangunan tunggal di tengah ujungnya yang WAW. Dari ngelihat penampilannya dan komposisi letaknya aja udah tau kalo ini merupakan salah satu bangunan penting di istana ini. Yap, ini adalah area Injeongjeon tempat raja biasanya memberikan perintah atau rapat, dsb. Pintu bangunan Injeongjeon ini terbuka, jadi kita bisa ngelihat interior dalamnya. Singgasana sang raja. Tapi ga bisa masuk. Okeh, foto-foto lagi, sana-sini.

Puas foto, keluar dari area Injeongjeon ini, melewati gerbang berikutnya, terlihat area terbuka yang luas lagi (mirip kaya’ masuk di awal tadi, tapi lebih luas). Satu bangunan yang menarik perhatian gue karena detail ukirannya yang cantik banget, Huijeongdang yang merupakan kediaman raja dan ratu. Tapi lagi-lagi ga bisa masuk ke dalam bangunan.
Tepat di depan kediaman raja tersebut, terdapat taman melingkar yang ditanami pepohonan. Di sebelah Huijeongdang terdapat Seonjeonggak. Tapi karena kita kecapekan saat itu, jadinya kita duduk-duduk istirahat bentar di bawah pohon, sambil minum dan makan roti bekal dari hostel tadi. Ga jauh dari tempat kita duduk, ada pintu masuk ke area Secret Garden. Kita ga berencana masuk ke sana karena mahal euy bayar tiketnya (kecuali kalo emang kalian niat banget mau mengunjungi istana-istana di seoul, bisa beli pass yang jadinya lebih murah).
Huijeongdang area - inside Huijeongdang
Seongjonggak area
Selesai istirahat, atau kalo ada yang mau urusan toilet juga bisa, kita lanjut jalan masuk lebih dalam di kompleks istana ini. Ketemu bangunan yang feel-nya sedikit berbeda dari bangunan-bangunan sebelumnya. Ternyata ini adalah kompeks Nakseonjae, didominasi oleh warna putih, coklat tua, dan batu bata berwarna gelap. Kesan gue sih bangunan ini terlihat seperti hanok pada umumnya, tapi mungkin karena ada beberapa detail yang rame di atap dan jendelanya, terkesan bahwa rumah ini bukan rumah biasa. Kurang tau juga sih Nakseonjae ini awalnya digunakan buat apa. Tapi, belakangan gue baru tau bahwa kompleks ini masih digunakan oleh keturunan akhir (putri) kerajaan Joseon hingga 1989 (*bagi kalian yang nonton k-movie The last princess). Di balik kompleks bangunan Nakseonjae, ada taman dengan berbagai bunga bermekaran saat itu. Indah~. Tapi sayang kita ga bisa naik masuk ke tamannya lebih dalam, karena ditutup. Sebenernya sih, hampir setiap bangunan istana ini ga boleh dimasukin. Kita cuma boleh lihat-lihat aja.
Keluar dari kompleks Nakseonjae, kita mengunjungi kompleks Seongjonggak yang tadi kelewat belum di lihat. Menurut gue bangunan Seongjonggak ini tertata dengan cantik. Ada bangunan panggungnya, pepohonan, serta area berkontur. Memang nyaman kalo belajar disini, sesuai sama fungsi bangunannya.
Trus, kita juga mampir ke kompleks Seonjeongjeon. Kita sempet foto di bagian belakangnya. Uniknya komples ini, ada kaya’ bangunan jembatannya gitu.
Nakseonjae area - Back yard garden
Hari semakin siang, muali capek dan bosan, kita memutuskan untuk menutup penjelajahan istana korea.

Insadong
Dari Changdeokgung kita jalan kaki ke insadong. Jauh juga yaaa ternyata sodara-sodari…. Hufftt..
Akhirnya tiba juga di area yang banyak toko-tokonya, dan ada deretan pohon di kiri-kanan jalannya, Yeaiy tiba juga di Insadong-gil. Di area ini banyak jualan souvenir. Bonyok gue sempet masuk ke beberapa toko dan beli beberapa pernak-pernik buat oleh-oleh. Buat gue sih, harganya, ya namanya juga tempat wisata, jadinya harus ngeluarin duit banyak buat beli barang. Buat oleh-oleh diri sendiri, gue beli gantungan kunci bentuk topeng korea seharga 1.000 won satu bijinya.
Insadong - Souvenir shop
Semakin jauh jalan ke dalem, kita mampir ke Ssamjigil. Agak bingung sih gue harus ngapain di Ssamjigil ini, jadinya cuma foto-foto di plazanya aja. Sebenernya niat gue ke insadong buat makan siang, cari restoran vegetarian. Ada 2 referensi restoran yang udah gue siapin. Pertama, gue cari restoran yang jual mie tradisional korea (수제비/hand torn noodles). Walopun letaknya di lorong-lorong kecil, gue berhasil menemukan restoran ini karena petunjuk jalannya dapet detail banget. Tapi kalo gue pikir-pikir, pilihan menunya yang cuma mie aja, kaya’nya kurang asik. Mana bokap pasti maunya makan nasi. Yaudah ga jadi. Kita lanjut jalan muter nyari restoran yang satunya lagi.

Gallery in Insadong
Osegyehyang
Di tengah pencarian kita juga sempet mampir ke salah satu galeri gitu, dengan bangunan tradisional korea. Tempatnya enak, adem banyak tanaman, ada semacam cafenya juga kalo ga salah. Kerasa ga kaya sedang di capital city aja. Selesai liat-liat dan ngaso-ngaso di galeri tadi, kita lanjut jalan menelusuri lorong-lorong di sekitar Ssamziegil. Jadi sebenernya di samping ssamziegil itu, ada jalan kecil yang buuuaaaannnyyyyaaaakkkkk banget deretan restoran dengan bangunan hanok. Tinggal pilih aja sih. Tapi gue ga bisa pilih sembarangan karena banyak juga menu babinya. Muter-muter jalan dan lorong kecil udah hampir satu jam, sampe rasanya mau nyerah ga ketemu restoran Osegyehyang. Yap, restoran ini adalah restoran vegetarian yang cukup aman untuk disinggahi muslim. Ternyata oh ternyata, letaknya itu persis dari jalan kecil samping ssamziegil itu, masuk luruuusss… sampe mentok dan nemu lorong kecil (agak tricky sih lorong kecil gini, karena di sana banyak banget lorong semacam gini. Tinggal nasib yang menuntun mata buat ngelihat papan bertulisakan “vegetarian”). Gue agak susah nemunya karena hampir semua papan nama resotarn tulisan hanguel semua, pusing jadinya nyari tulisan Osegyehyang. Mana bonyok gue yang kasihan sama gue niat bantuin nyari tulisan "osegyehyang", asal nunjuk aja yang ada buletannya, tapi ternyata bukan. udah nunjuk manggil-manggil gue, ternyata salah sambil bilang "eh, bukan yaaa, beda garisnya" duh -_-.
Small alley beside Samjigil,
way to Osegyehyang restaurant
Letak restoran Osegyehyang tepat di ujung lorong kecil yang saya sebutkan tadi, dengan bangunan khas korea, hanok. Seperti adat timur pada umumnya, untuk masuk ke restoran ini, kita diminta lepas alas kaki, jadi sepatu dimasukin ke loker. Meja makannya pun lesehan, duduk di lantai. Dan siang itu, hampir semua meja penuh terisi. Untung kita masih dapet 1 meja kosong. Setelah duduk, kita dikasih buku menu. Harga maknan di sini di kisaran 8.000 won. Ada menu appetizer, katsu, spaghetti, hingga set sup (찌개). Sempet bingung sih mau pesen main course nya yang mana. Awalnya kita mau pesen menu kaya’ sop daging gitu, tapi habis. Akhirnya kita pesen satu set menu ???? (lupa namanya apa. Yang pasti adalah sop daging kuahnya merah kental), 1 냉면 (mie dingin) dan 1 mandu goreng. Kita juga minta nambah 1 mangkuk nasi. Untuk nasinya, bisa pilih nasi putih atau nasi merah. Ga usah pesen minum kalo di restoran korea, air putih gratis!. Ga usah pesen banyak menu juga karena pasti ada banchan! (*tapi perlu karena ada juga menu yang ga pake banchan, tapi klo menu set pasti ada banchan dan nasi).
Inside Osegyehyang restaurant

Beberapa saat kemudian, taraaaa…. Menu kita dataaannnggg~. Gue emang pengen banget pesen Naengmyeon, nyicipin apa rasanya makan mie pake es. Apalagi siang ini lumayan cerah dan capek abis jalan tadi. Sebelum makan, kita juga dikasih gunting, dan 이모nya kasih tau kalo gunting itu buat potong mie. Okkee… menurut gue rasa mie ini ga begitu enak. Hehe… rasanya ga gigit di lidah. Mungkin karena gue biasa makan indomie yang hanget, jadi pikiran udah ke-set klo mie ya mie rebus gitu. Mienya juga kecil dan kenyal. Gue yang males ngunyah susah banget nelen itu mie yang panjang. Kayanya ada baiknya klo mienya dipastikan di gunting-gunting dulu sebelum makan, karena susah gigit motongnya pake gigi sendiri. Tapi yang gue ga nyangka dari menu ini adalah ada buah pir di dalam kuahnya, dan buah pir ini ENAK! Pas banget sama kuah mienya yang dingin itu. Menu berikutnya adalah fried dumpling. Gue rela pesen ini karena dari beberapa review bilang kalo ini enak. Bener, ini enak~ lidah gue ga masalah nerimanya. Aplagi ada saos cabe cocolannya. Huummmmmnnn yuuuuummmm… dan menu utama kita siang ini adalah sop daging kuah merah itu. Ini juga enak!. Pas banget dimakan sama nasi dan banchannya. Banchan nya juga enak-enak.  Tapi ga tau ya bisa nambah ato gak. Dan yang paling gue suka dari restoran ini adalah, karena mereka vegetarian, so pasti semuanya adalah olahan sayur, kedelai, dan jamur! Sehat broooo… walo demikian teksturnya sama dan mirip banget sama daging asli. Pokoknya laen kali, kalo gue ada rejeki ke Seoul lagi, PASTI mampir lagi deh ke sini buat makan, 꼭!
Set menu Jigaae with rice and side dishes & Fried dumpling - Cold noodles
In front
Selesai makan, tujuan berikutnya adalah sholat. Kalo lagi jalan ke daerah yang jarang muslimnya gini, pasti bingung kan mau sholatnya gimana. Untungnya gue tau kalo di kantor KTO ada musholla. Berpindah kita ke tempat berikutnya menggunakan taksi. Gue seneng pas naik taksi, karena ahjussinya ngerti waktu gue ngomong “KTO office, 한국관광공사, 청계천”. Ceileee.. udah cocok nih tinggal di sini. Wkwkwk…

K-Style Hub
Siang itu alhamdulillah traffic ga begitu parah. Ga separah pengalaman gue 2 tahun lalu. Seharusnya sih lokasinya ga begitu jauh ya. Waktu ngelewat Jogyesa, nyokap terkesima sama kuil itu. Gue bilang klo itu kuil Jogyesa. Pa supir yang baik dan ramah, ikut nimbrung, dan dia terkesan waktu gue tau kalo itu Jogyesa (padahal belum pernah sih gue ke sana, tapi bisa ketebak).
Argo akhir sekitar 5.000 won, kita diturunin di pinggir jalan deket sungai Choenggye. Pak supir bilang kalo kita harus jalan sedikit buat nyampe ke Hanguk gwangwang gongsa. Ga jauh kok jalannya. Pohon di pinggir jalan juga rindang ciynt. Nyaman, dan ga lama, udah sampe depan K-style hub aja.
Begitu masuk, ada respsionis di lantai dasar. Bilang aja kalo mau “muslim praying room”. Nanti dia bilang “2nd floor”. Naiklah pake tangga dan eskalator kecil. Jejeeeennnggg… tiba deh di tempat yang pernah gue kunjungi 5 bulan lalu. Oooohhh~ bring back memories~ (baca ceritanya di sini).
Siang itu lumayan ada beberapa turis yang sedang duduk santai di sofa karena kecapekan abis jalan-jalan (mungkin, *sotoy). Yap, di sini, lo bisa bebas. Ada meja information center tempat lo bisa nanya-nanya apa aja mengenai pariwisata korea, ada juga brosur segambreng yang bisa ngabisin waktu berjam-jam kalo kalian mau ngelihat semuanya. Tapi, kita tetep harus menuntaskan tujuan awal, sholat. Musholanya kecil. Paling cuma muat buat 2 orang sholat. Cowo-cewe pisah tempat. Ada tempat wudhunya juga (jadi ga perlu ambil wudhu di toilet). Ada mukenah dan sajadahnya. Kalo gue lihat, dominan yang mampir ke sini, orang Malaysia. Oh iya, toilet di sini tuh toilet modern. Heeheh.. kaya’ standar toilet yang gue temuin waktu trip desember lalu. Ceboknya pake tombol. Wkwkwk…
Selesai sholat, sambil nunggu nyokap, gue ngajak bokap ke area KPOP Experience. Kita nyobain beberapa bilik virtual buat foto bareng artis kpop. Asli GOKIL banget!. Kaya’nya gue jadi orang paling heboh ketawa ngelihat tingkah bokap gue. Big star virtual halyu di sini adalah BIGBANG. (Desember lalu gue ga sempet nyoba, karena pas diajak Nat, entah kenapa kaya’ eror gitu). Lagi asyik ketawa, nyokap gue datang, tambah lah lama kita di sini. Semua dicoba. Wkwkwk… Puas ketawa-ketawa, sebelum pulang, kita lihat-lihat brosur. Gue ambil beberapa brosur yang menurut gue lumayan berguna nantinya, yang ga gue temuin di bandara kemaren. Yang pasti gue ambil brosur tentang Jeju!.
Sebenernya masih banyak tempat lain yang bisa dikunjungi di K-style hub sini (bacapengalaman gue desember lalu di K-Style Hub). Dan menurut gue K-style hub adalah salah satu tempat yang HARUS kalian kunjungi kalo ke Seoul. Ga cuma buat sholat, tapi banyak manfaat lain yang bisa kalian dapet di sini. Bahkan saat kita udah keluar, baru nyadar di lantai 5-nya sedang ada program free membuat semacam kerajinan gitu. Tapi karena kita diburu waktu, batal ikutan, karena harus segera pulang ke hostel buat ambil koper.

Sebenernya sih males juga ya buat balik ke hostel lagi buat ngambil koper. Tapi untungnya penginapan kita satu arah, dan letaknya ga terlalu jauh dari stasiun subway. Ga butuh waktu yang terlalu lama juga. Lanjut kita naik subway, transit di stasiun Hongdae buat pindah kereta airport railroad. Transfer stasiunnya jauh naudzibleh. Geret-geret kaki aja, sambil geret koper berat. Ada baiknya bagi kalian yang mau transfer stasiun kaya’ gini disisain waktu yang cukup biar ga buru-buru, mengesh banget loh jalannya. Pake naik turun tangga juga. Hingga akhirnya nyape juga di dalam kereta.
Stasiun Ehwa yang
udah akrab banget
Oh iya, ada yang unik dari stasiun kereta di sini, yaitu jingle atau musik saat kereta akan datang dan berhenti. Kereta dari arah tengah kota (seoul station) memiliki suara musik/jingle yang berbeda dengan kereta yang menuju ke arah tengah kota (seoul station). Jadi, hanya dengan mendengar alunan musiknya aja kita bisa bersiap-siap berdiri di depan pintu bila kereta tersebut tujuan kita, atau santai-santai ga usah kebingungan kalo itu bukan kereta kita. Dan juga, saat di dalam kereta, akan terdengar suara music khas korea apabila kereta akan segera tiba di stasiun transfer. So smart in unique way!

Gimpo Airport
Perjalanan dari Hongdae menuju Gimpo airport, hmmm lumayan sekitar 15 menit, tapi ga begitu lama kok. Seinget gue desember dulu, waktu dari Incheon ke Gimpo, jalannya ga begitu jauh, ga kerasa tiba-tiba udah di depan check-in counter aja. Tapi entah kenapa kemaren ngerasa lumayan jauuuh jalannya. Pake ngelewatin kaya’ area lobby juga, sebelum akhirnya tiba di check-in counter EastarJet.
Check-in counter Gimpo airport

Eastar Jet
Setelah check-in dan drop koper, petugasnya nahan paspor kita selama 10 menit untuk cek barang bagasi. Entahh kenapa gue ngerasa kalo mereka agak mengintimidasi warga Asean. Padahal warga lokal yang laen yang mau naik pesawat ga ada disuruh nunggu bagasi. Tapi ada juga turis Malaysia *kaya’nya* yang disuruh nunggu bagasi kaya’ kita.
 Setelah 10 menit berlalu, gue balik lagi ke check-in counter, nanyain Agassi yang sama, apakah bagasi kita gapapa. Awalnya si Agassi sempet bingung, mungkin karena belum ada kabar dari temennya yang di area bagasi. Tapi karena emang udah 10 menit, akhirnnya dia pasrah aja ngasih paspor dan tiket kita.
Waiting room Gimpo airport
Lanjut kita jalan ke boarding gate. Sebelum masuk ke area waiting room, ada pemeriksaan identitas dan tiket dulu di depan pintu. Bandaranya ga begitu gede. Tapi entah kenapa kalo gue ngerasa kali ini banyak banget yang harus gue lalui, ga kaya’ desember kemarin yang tinggal beres aja. Karena jam boarding masih 1 jam lagi, kita nunggu dulu. Kemudian terdengar panggilan untuk naik pesawat tujuan Jeju. Pas gue menghampiri boarding gate, eh ternyata itu untuk masakapi LCC lain. Jadilah kita pindah duduk persis di depan boarding gate, takut kelewatan. Iseng gue nanya ke petugas, pesawat Eastar jet tentang jam boardingnya. Saat mereka ngelihat tiket boarding gue, ternyata sodara-sodara… kita masuk dalam penumpang yang dicari-cari. What happen?! Gue sempet bingung kenapa nama kita bertiga dicatet di kertas yang dipegang petugas Namja tjakep tersebut *eeehh*. Takut dikira teroris gitu (intimidasi minoritas). Usut-punya usut, ternyata di dalam salah satu koper kita ada powerbank nyokap gue. yaoloh. Gue sempet cemas sih, takutnya kenapa-kenapa, apa kena denda, kena pelanggaran terbang gitu. Tapi untungnya prosedur maskapai cukup kooperatif. Mereka harus mengambil/menyita powerbank dari dalam koper, oleh karena itu mereka minta password kopernya. Aelah, kita orang kampung mah ga pake begituan, gue bilang “we used key, not password” dengan muka tebal menahan tingkah malu. Karena ditangani dengan baik, gue kasih kunci gembok koper emak gue, daripada satu koper-kopernya yang mereka ambil. Trus mereka bilang kalo nanti kuncinya dimasukin ke dalem koper. Dan kemudian memepersilahkan kami untuk masuk ke dalam pesawat (antiran panjang penumpang sepesawat dengan kita dari tadi udah mulai habis). Jadi ga enakan juga sih, apa pesawat kita delay karena harus ngeluarin powerbank kita dulu. Sesaat sebelum masuk pesawat, namja cakep tadi kembali menghampiri saya, sambil memperlihatkan foto bahwa kunci gembok kita udah dimasukin ke dalam koper nyokap gue. aiiihhh… jadi gue pengen minta kontak dia. Wkwkwk… (sorry, out of topic).
Jadi, dari pengalaman di atas, gue merasa pelayanan mereka sangat baik. Walopun kita salah, wajar kalo barang terlarang kita disita, tapi ga lebih dari itu, toh itu untuk prosedur keselamatan. Kalo dipikir-pikir, ini juga salah mereka, karena saat cek koper kita diawal (waktu check-in dan drop bagasi) ga ada konfirmasi dari mereka. Agak lambat kerjanya, karena janji(prosedur)nya cuma 10 menit inspeksi kopernya.
Okeh, begitu masuk pesawat, duduk, yah pesawatnya standar dengan tempat duduk 3-3 dan ruang kaki yang ga begitu luas, khas penerbangan LCC. Gimpo-Jeju ditempuh sekitar 1 jam-an. Sore itu, penerbangan aman, matahari berwarna jingga, dan banyak gumpalan awan tepat di bawah pesawat seperti kasur kapas. Perlahan-lahan, pemandangan awan berubah menjadi pemandangan laut, kemudian pulau yang memiliki gunung di kejauhan. Yap! That’s Jeju~
Jeju Island from above
Jeju

Jeju Airport
Pendaratan Easter Jet, seperti LCC pada umumnya, keras. Rrrrooooccckkkk ma maaannn! hehe.. Saat mendarat, hari sudah mulai gelap. Bandara Jeju ini sudah memiliki desain yang cukup modern. Ya kaya’ rasa bandara baru di bali gitu deh. Setelah ambil bagasi, mulailah kebingungan gue. Emang gue ga banyak cari referensi mengenai transportasi umum di bandara Jeju ini. Lumayan lama gue ngeliat-liat peta dan brosur-brosur di dekat pintu keluar bandara. Karena masih bingung, gue nanya sama petugas, "kalo mau ke Jeju city bus terminal naik bus apa?", dia jawab bus no. sekian (lupa), trus gue nanya lagi, "nunggunya dimana?", di dekat pintu 2 jawabnnya.
Jeju Int'l Airport
Di luar terminal bandara, udah banyak orang yang ngumpul nunggu bus. Kalo gue liat, banyak juga yang kebingungan. Gue coba lihat-lihat jalur dan jadwal bus di papan dekat pemberhentian bus. Setelah sekian menit menunggu dan makin banyak orang yang nunggu, gue pesimis kalo bakalan dapet bus, lagian juga cuma 1 bus yang ke tempat tujuan kita. Akhirnya diputuskan untuk mengganti jasa transportasi menjadi taksi, karena sebenernya lokasi penginapan kita ga jauh dari bandara *sengaja*. Walo tetep ga bisa ngira-ngira sejauh apa, karena belum pernah ke sini. Tapi kayanya ongkos taksi dan bus buat bertiga juga ga beda jauh. Lagian juga kalo naek bus, musti jalan kaki lagi ke hotel.
Oke, kemudian kita mencari antrian taksi. Petunjuk jalan meunjukkan kalo kita harus nyebrang. Setelah nyebrang, terlihat uluran puuuaaannnnjjjjjaaaaannnnggggg antrian. OH MY GOD! Udah kaya’ maen uler yang di hp jadul itu aja. Sambil ngantri gue mikir, kapaaannnn giliran kita akan tiba karena jauh banget antriannya.
Akhirnya~ giliran kita naik taksi. Ga perlu repot, gue tinggal kasih print-an kertas booking agoda gue. Dia tinggal ngelihat di gps yang bisa dilacak pake nomor telpon aja. Canggih… Setelah pak supir menganggukkan kepala menandakan bahwa ia tau lokasi hotelnya, mobil kita melaju ke jalan yang sepi. Ini deh ciri khas daerah yang (menurut gue) masih natural, sepi. Hingga kemudian pemandangan menjadi bangunan yang ga tinggi berbaris di kiri-kanan jalan.

Jeju R Hotel
Ternyata emang ga lama gue udah neglihat tanda jalan Seogwang-ro dan “Jeju city bus terminal”. Wah, udah nyampe aja. Setelah kasih duit argo sekitar 5.000 won ke supir taxi, kita disambut hangat oleh namja resepsionis. Kebetulan malem itu kaya’ lagi ada masalah (keributan kecil dari salah satu tamu *kayanya, sampe ada polisi segala), tapi kita masih dilayani dengan baik sama namja resepsionis itu. Jadi, waktu check-in, dia ngejelasin bahwa peraturan yang agak beda dari hotel ini adalah “tidak boleh membawa makanan ke dalam kamar”. Ohemji. Menurut gue ini salah satu syarat yang kurang menguntungkan bagi pelancong kere seperti kita yang biasa makan malam menggunakan makanan sisa bekal. Wkwkwk.. tapi tenang aja, sebagai gantinya mereka mempersilahkan kita kita membeli makanan dari luar untuk dimakan di area lobi. Lobinya cozy sih, desainnya muda gitu. Gue lihat ada laptop/komputer, tapi ga tau ya boleh dipake bebas ato ga, karena waktu itu gue ngelihat ada orang yang lagi pake. Ada juga café buat ngopi. Tapi gue baru nyadar ternyata yang gue inepin ini adalah hotel, bukan hostel maupun guesthouse. Mereka menyediakan air mineral botol di dalam kamar, di dalam lemari es (padahal sayang banget ada lemari es dan pemanas air tapi ga boleh bawa makan). Tadinya gue mau nanya ada air galon gratis ga di lobi, tapi malu. Hehe.. Jadinya gue ga tau ya kalo malem-malem bisa ga refill air minum botol kita sendiri. Tapi untungnya mereka juga ganti airmineral botol setiap harinya, dan kita bisa refill botol minuman kita saat sarapan pagi. Karena mereka hotel, jadinya ada room service di siang hari (ngerapihin kamar kita saat kita keluar). Satu lagi peraturan, resepsionisnya ga 24 jam, jadi kita ga boleh ketinggalan kunci kamar! Berabe kan kalo ga bisa masuk kamar, apalagi kalo ga bisa masuk ke dalem bangunan hotelnya karena lupa kode password kunci pintunya.
Jeju R Hotel Room for 3 person
(sorry for my messy things)
Setelah mengerti dengan peraturannya, kita langsung ke kamar sendiri. Kamarnya luas. Kamar mandinya juga luas (bisa tiduran, dibanding kamar mandi lain yang gerakin tangan aja susah). Overall, mungkin karena ini hotel, bisa dibilang penginapan ini adalah yang paling baik dari semua penginapan saat gue backpackern di korea. Walopun ga semevvah hotel bintang pada umumnya.
Jeju R Hotel Bathroom
inside guestroom

Selesai beres-beres dikit, kita jalan ke luar, mumpung belum terlalu malem. Niatnya mau nyari cemilan pengganjal lapar (padahal emang belum makan malem). Satu lagi nih alasan kenapa pilih hotel ini, selain dekat dengan Jeju city bus terminal, ada beberapa minimarket dekat situ. Emang deket sih, di seberang jalan, tapi pada kenyataannya, bagian tengah jalannya ada pager, jadi ga bisa nyeberang jalan sembarangan. Harus jalan dulu ke perempatan yang ada zebracross-nya, yang letaknya udah deket lagi ke terminal. Ampuunn.. untungnya masih tetep semangat karena baru juga nyampe. Di seberang jalan ini, deretan toko yang menjual makanan di malam hari lebih banyak daripada tepi jalan tempat hotel kita. Keluar masuk mini market, tetep bingung apa yang mau dibeli. Takut sama ke-halal-an-nya. Akhirnya cuma beli banana milk dan roti tawar di Tou le jours. Ada sih aneka jenis roti lainnya, tapi masih tetep takut makannya. Ada juga nasi putih instant, tapi gue bingung ini masaknya gimana, apa boleh masak di minimarketnya? Ga pernah gini sik ya. Biasanya kalo makan, tinggal buka tudung saji di meja makan aja. Susahnya nyari makan di tanah rantu minoritas. Di perjalanan pulang, kita lewat perempatan yang satunya lagi, ternyata di ujung jalan (keluar dari jalan kecil hotel, belok kanan) ada juga minimarket nya. Yaudah terlanjur, numpang lewat aja.
Strolling around Seogwang-ro at night
Sampe hotel, masuk, pura-pura ga tau aja, langsung ngelonyor ke kamar. Hihi… sampe kamar, lanjoooottt makan roti dan susu dan segala apa yang ada dari sisa kemaren.

Day-3
Day-5

Komentar

Top post

Belajar Korea

Liburan Kulur-Kilir

A little girl (Reply 1988) Chord