Bandung menyambut KAA

Sebagaimana kita ketahui pada saat SD dulu, pasti tidak asing dengaan KAA. Tapi yah entah emang saya yang ga pinter atau karena sudah lama ga belajar IPS, sejujurnya saya ga tahu banyak tentang KAA.

Sebagai kota kelahiran KAA, di bandung happening banget lah pokoknya menyambut KAA. Berbagai event diselenggarakan. entah deh event merakit bambu dari kampus itu buat menyambut KAA atau bukan. Tapi saya ga ikut menghebohkan event bambu itu sih, karena lagi terkena penyakit perut musiman.

Salah satu ke-antusias-an kota bandung menyambut KAA adalah mempercantik wajah kota di pusat penyelenggaraan kegiatan inti KAA. ini nih yang membuat saya tertarik. sampai-sampai adek sepupu saya bilang, "kakak tadi ke mana? ke braga ga? coba gera ke braga, bagus kaya' di eropa". heeehh?? masa'sih bisa sebagus itu? tanyaku dalam hati karena ga percaya. Setelah melihat koran, emang bener fotografernya bagus mengambil sudut foto dan proporsi gambar, sehingga dapat menunjukkan suasana 'eropa' yang katanya 'ini di braga lho. bukan eropa'. Langsung deh, jalan-jalan ke braga masuk jadwal untuk menjadi salah satu kegiatan saya minggu ini.
 
Emang mengumpulkan kemauan untuk pergi ke luar rumah tuh susah, kalo ga terpaksa. Awalnya mau berangkat pagi, karena kalo siang takut hujan euy. Tapi apa daya, pagi-pagi tubuh ini masih asik bermanja-manja di atas kasur. Akhirnya tubuh ini siap melangkah ke luar rumah hampir jam 1 siang.
Di perjalanan, tepatnya di dalam angkot, mulai menyusun strategi jam kunjungan, karena jam 3 saya sudah harus tiba di kampus karena ada kelas. Di angkot sempat cemas, karena melihat langit di sebelah barat dan selatan berwarna abu-abu. bahkan sempat angin-angin. Untung, setibanya di braga hujan tidak turun.

Setibanya di braga, memang saya melihat pemandangan yang agak beda. beberapa bulan lalu, bagian depan (?) jalan braga kotor karena sedang ada galian kabel/gorong-gorong (mungkin). Tidak nyaman beralan di trotoar karena sedang ada perbaikan saat itu, bingung mau lewat sebelah mana. Selain itu, di pinggir jalan tidak terdapat banyak kegiatan (liveability nya ga ada). Tapi, siang itu, semakin masuk ke dalam jalan braga, suasananya mulai terasa berbeda. Awalnya saya bingung, kok siang ini banyak orang yang duduk-duduk di kursi di pinggir jalan yang telah disediakan. Kawasan terasa hidup. (eh, malah jadi malu-malu buat foto-foto). semakin berjalan ke arah asia-afrika, semakin terasa bahwa saya punya banyak teman yang juga antusias melihat cantiknya bandung sekarang. Banyak warga yang mengunjungi sekitaran gedung merdeka. Untuk apalagi kalo bukan untuk foto-foto. bahkan sampe ada yang dress-up (bener ga nih bahasanya ya?) dan makeup full buat foto-foto. ckckck... saya kalah. Ga cuma remaja saja, anak-anak beserta teman maupun orang tua, atau orang dewasa bersama rekan kerjanya menyempatkan diri menikmati keindahan sekitar gedung merdeka. saya sempet heran, padahal ini hari kerja, kok masih banyak aja ya orang yang ke sini. gimana kerja mereka? (oooppsss).

Okeh, review saya saat tiba mulai dari braga, terdapat beberapa streetscape seperti bola-bola beton (entah apa nama kerennya) lampu jalan yang ada pot bunga di atasnya, kursi taman yang cantik disusun sepanjang jalan dan trotoar.
 

Kawasan simpang jalan braga (entah dekat bangunan/hotel apa itu namanya) juga dipercantik dengan taman kering (hardscape?). Titik foto-foto pertama yang saya temui. Tapi karena saya males nyebrang, foto dari sebrang jalan yang macet aja.

Jalan yang terkenal itu....


Di sepanjang jalan juga terdapat beberapa poster & spanduk bertemakan KAA.

Beberapa pekerja-pun masih sibuk mempercantik pinggir jalan.


Hingga akhirnya saya tiba di titik utama, Jalan Asia-Afrika dan Museum KAA. Ini adalah titik foto utama, terlihat dari banyaknya orang di dalam foto saya. Bahkan juga ada anggota KAA (terlihat dari adanya nametag di kalungkan di leher).
 
Yang menjadi objek utama foto adalah, apalagi kalo bukan deretan tiang bendera berbagai negara peserta KAA.

Di sini bahkan ada pot bunga besar berisi tanaman berwarna. aih, jadi inget waktu di sekitaran heritage 1881 dua tahun  lalu.

Saat berjalan ke arah-alun-alun, terdapat keramaian di sekitar sungai cikapudung. Ternyata di sini terdapat pelataran, katakanlahh nama kerennya riverfront. Wah, kok jadi cantik ya di pinggiran cikapudung ini. Entah dulunya tempat ini apa.
Riverfront ini dipercantik dengan barisan tiang bendera dan hardscape berupa box yang ditumpuk 2 wara-warni bergambarkan wajah tokoh-tokoh KAA. Bahkan di ujung pelataran, terdapat box yang berisikan cerita sejarah KAA dan cerita tentang bandung, salah satunya cerita mengenai jalan braga. Unik, menarik, tidak hanya indah, tapi juga seperti museum terbuka yang memberikan pengetahuan. (tapi emang sayanya aja yang males baca. heheh..).


Di ujung pelataran juga terdapat tank-tank baja yang sedang parkir. Adek sepupuku yang melihat foto ini bilang bahwa tank ini kemaren lewat di depan sekolahnnya. Sungguh tempat wisata dadakan yang menarik terutama bagi anak-anak.
 

Hampir tiba di ujung jalan, masih terdapat penyelesaian pelataran/plasa riverfront. kok cantik sih....?


Karena sudah hampir jam 2, saya buru-buru jalan ke arah alun-alun. mau mampir dan lihat sebentar wajah alun-alun yang baru lebih dekat.
Dulunya, setahu saya alun-alun ini jelek. pinggirannya tertutup. banyak pkl berjualan, memanfaatkan akses rembesan dari jalan asia-afrika ke jalan dewi sartika yang melalui pelataran masjid raya. Sekarang.......... cantik. ga kalah sama malaysia, putrajaya.
 
Pelataran alun-alun sudah berubah menjadi rumput sintetis. Namun, untuk menjaga kebersihan bersama-sama, maka bila anda mau masuk ke pelataran tersebut, harus melepas alas kaki. wah, jadi inget jaman sma dulu. tapi enak sih, kan bisa tidur-tiduran di atas rumput sintetis itu jadinya.

Terdapat pula area bermain anak-anak, yang lantainya lembut seperti menginjak busa (entah dari material apa namanya). Seperti lantai taman yang pernah saya injaki di hongkong (dulu saat pertama kali saya menginjakkan kaki, saya merasa aneh dan heran kenapa lantainya lembut). Awalnnya saya merasa penasaran, lantai children playground ini terbuat dari enis batu apa, setelah saya lihat dan saya coba injak, ternyata lembut. Tapi saya tidak berani berlamalama menginjak, karena saya males lepas-pasang sepatu.

Di sekita pelataran banyak terdapat elemen hardscape seperti tempat duduk dari batu, lampu, dan pot tanaman.

Gerbang alun-alun yang cantik yang saya bilang ga kalah sama yang kaya' di putrajaya.

Beginilah suasana alun-alun

Suasana Asia-Afrika dan gedung tua (sekarang berfungsi sebagai bank mandiri)

Jalan yang terkenal itu. Ga dapet foto nama jalan yang deket gedung merdeka, untung dapet di deket jembatan penyebrangan.

Saya berjalan ke arah pasar baru, untuk mendapatkan angkot yang menuju ke kampus. Saat akan memasuki sekitar pasar baru, saya lagi-lagi melihat pemandangan cantik, payung warna-warni yang bergelantungan. Ya memang, culinary night sudah berbulan-bulan diselenggarakan, namun baru kali ini saya melihat payung yang cantik itu.
beberapa elemen streetscape pun tampak menghiasi sepanjang jalan sekitar pasar baru.

you know what about this photo?
marka jalan menujukkan parkir seri, tapi mobil yang parkir????

Akhir kata, saya sungguh sangat senang melihat kecantikan bandung menyambut KAA ini. Masyarakatnya pun ikut antusias. Kotanya jadi terasa hidup (liveability-nya jadi dapet). Emang kalo pemimpinnya tau tentang kecantikan kota, yah kotanya bakal cantik kaya' gini.
entah berapa lama kecantikan bandung akibat adanya streetscape ini akan berlangsung. Saya sunguh sangat berharap kecantikan kota bandung dapat bertahan lama. Streetscape ini tidak hilang begitu saja beberapa bulan setelah KAA. Mari masyarakat bandung dan pemerintah saling menjaga keindahan bandung yang seperti ini.

Komentar

Top post

Belajar Korea

Liburan Kulur-Kilir

A little girl (Reply 1988) Chord