Kampung wisata di Bandung

Sepertinya semester 3 ini saya banyak jalan-jalan hore-hore deh. (baca: melupakan proposal tesis)
Jadi, di penghujung semester, saya berkesempatan mengunjungi 3 kampung yang dijadikan destinasi wisara di provinsi Jawa Barat ini. Kampung tersebut antara lain, Kampung Naga, Kampung Sampireun, dan Dusun Bambu.

Untuk kampung naga dan kampung sampireun, alasan mengunjunginya adalah ekskursi mata kuliah Transformasi. Itulah mengapa saya mengambil mata kuliah pilihan ini, karena iming-iming jalan-jalan tersebut. Padahal anak yang ga ambil mata kuliah ini bisa ikut nyusup karena masih ada sisa kuota bangku bus. hiks... tau gitu kan, gue juga ikutan jadi mahasiswa susupan aja, ga perlu pake susah-susah ngerjain tugas. (T_T).. Tapi yah gapapa lah, ilmu ga ada ruginya kok. (*menghiburdiri)
Kampung Naga dan Kampung Sampireun dipilih karena lokasinya yang tidak begitu terlalu berjauhan. Masih disekitaran daerah Garut, selatan bandung. Jadi, kita maksimalkan seharian penuh (baca: tidak mau menyia-nyiakan jam sewa bus) untuk mengunjungi sebanyak-banyaknya (dua .red) destinasi. 


Kampung Naga
Kampung naga dipilih karena namanya yang *sepertinya* sudah begitu tersohor bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa arsitektur *mungkin*. Tapi padahal saya ga tau (atau cuma saya aja yang ga tau tentang kampung naga ini). Kalau tidak salah, di awal kuliah, Ibu dosen pernah bilang "gimana kalo kita ke kampung naga aja untuk objek studi ekskursinya". tanpa ragu, yang lain pada jawab, "Iya buuu....". melihat ke-antusias-an teman-teman, saya pun juga jadi ikut tertarik (padahal emang tertarik kemana aja asal yang namanya jalan-jalan ekskursi), hingga mempertahankan matakuliah ini tetap berada di krs.
Perjalanan di mulai dari depan gerbang kampus. Janjian jam 7, begitu sampe mepo, 'lho, kok ga ada seorangpun yang gue kenal? jangan bilang kalo gue ditinggal karena telat beberapa menit...'. Dengan cemas, saya bergegas menuju gedung jurusan. Ga ada tanda apa-apa juga di sana. Beberapa saat kemudian, akhirnya saya menemukan 2 teman yang baru saja turun dari motor di parkiran. Untunglaaaahh.. ternyata emang belom ada siapa-siapa. oh nooo~ budaya karetnya orang Indonesia. Tak berapa lama, satu-persatu anggota pun bermunculan. Menjelang jam 8, bus akhirnya melaju.
Di perjalanan, saya berusaha menghafal jalan. Tapiiii... sepertinya perjalanannya terlalu jauh untuk dihapal. Jalanan yang dilalui kadang berkelok dan naik-turun. tak jarang, pemandangan di samping menjajikan keindahan lembah bukit dan pemandangan cantik khas tanah sunda. Walaupun demikian, saya tetap saja mengantuk. Perjalanan memakan waktu lebih dari 2 jam. Hingga akhirnya bu dosen mengumumkan, "sebentar lagi kita akan sampai. tolong dibangunkan teman sebelahnya yang tertidur ya..".
Jadi Kampung Naga ini terletak di lembah dekat pinggir jalan raya garut-tasik. Untuk mencapai lokasi kampung intinya, kita harus menuruni BANYAK anak tangga. Turun tangga sih ga masalah, apalagi pemandangan yang disuguhkan sangat cantik. Awalnya memang hanya pohon-pohon. Lama kelamaan, kita bisa melihat aliran sungai yang cuku besar, sawah dan rumah-rumah khas kampung naga.

Sebelumnya jangan salah interpretasi dulu. Dinamakan kampung naga bukan karena pernah ada legenda seekor naga di sini. Kata naga merupakan singkatan dari dinagawir yang artinya kampung yang terletak di sebuah lembah (maafkeun kalo salah, saya ga ngerti bahasa sunda euy. ini sumbernya juga dari google). Keistimewaan kampung naga ini adalah kampung yang beneran kampung deh pokonya. terasa masih asli kampung banget. Jelas terlihat dari rumah nya yang khas. dan tau ga lo, jumlah rumah di sini ga pernah bertambah. Struktur ruang kampung, penataan bangunannya pun rapih. Karena alasan keterbatasan wilayah, maka apabila ada orang yang menikah dan membentuk keluarga baru ingin membangun rumah sendiri, silahkan bangun di luar kampung intinya, yang disebut sebagai kampung sanaga.
Renovasi rumah pun juga ga boleh terlalu ekstrim. Pondasi batu umpak, lantai kayu, dinding anyaman bambu yang diberi kapur putih (tapi kapurnya ga luntur/lengket di tangan/baju), dan atap ijuk (bahkan sampe ada tanaman yang tumbuh di atap) masih menjadi material utama bangunan di kampung naga ini. Karena kemajuan dan perkembangan jaman, beberapa rumah telah menambahkan kaca di bingkai jendelanya. Di sini juga tidak masuk listrik. Ini disengaja oleh warga karena khawatir material rumah yang rentan terbakar. Kearifan lainnya adalah tidak adanya mck di dalam rumah. Semua mck bagi warga terletak di sisi luar kampung yang dekat dengan kolam maupun sungai. Alasannya karena katanya mck itu tempat kotor, jadi rentan terhadap kesehatan orang apabila diletakkan di dalam rumah.
hmmm apalagi ya yang mau di jelasin... pokoknya asik banget deh kampung ini. beneran nuansa kampung. lo harus coba bro! (apalagi sensasi naik tangga pas pulang. tidak akan terlewatkan!)


Kampung Sampireun

Kampung sampireun merupakan objek yang diusulkan ibu dosen yang juga merupakan dosen jurusan pariswisata. Kita awalnya ga tau-menau mengenai kampung sampireun ini. Tapi karena kata ibunya bagus, yah kita nurut deh.
Perjalanan sekitar kurang dari 2 jam, diiringi dengan awan mendung dan hujan. waduuhh sayang banget. padahal di kampung naga tadi cuacanya panas. akhirnya sampailah kita.
Ternyata oh ternyata, kampung sampireun ini beda dengan kampung naga tadi. Karena, kalo kampung naga adalah pemukiman warga, kampung sampireun ini adalah area komersil yang tergolong resort and spa. (baru tau deh kenapa ibunya pilih ini). Konsep yang diusung adalah cottage penginapan yang menghadap ke danau sebagai main attraction kawasan. Tapi beneran deh ga rugi, suasana dan nuansanya cantik banget. Apalagi dingin gerimis hujan gini, pas banget buat honeymoon (*eeh). Kita juga di kasih kesempatan untuk mengunjungi salah satu kamar yang kebetulan sedang kosong. Katanya harga untuk paket bulan madu sekitar 3jt. hmm...
Pegawai menjelaskan bahawa awalnya owner mempunyai sebuah villa di dekat danau, kemudian beliau membeli sejumlah tanah beserta danaunya untuk dijadikan komplek penginapan. Kearifan dari  kampung sampireun adalah pegawainya yang merupakan warga sekitar (pemberdayaan masyarakat setempat). Mungkin dengan itu, warga tidak ribut dengan pengelola. Karena mereka juga menyediakan fasilitas spa, maka kampung sampireun ini disebut sebagai resort and spa.
oh iya, camilan gorengannya enak lho. harus coba! mau nambah tapi malu ih~


Dusun Bambu

Untuk dusun bambu, agak sedikit beda ceritanya, karena yang mengusulkan untuk mengunjungi objek ini adalah salah seorang teman yang entah kenapa ngebet dan niat banget. Perjalanan ini di luar mata kuliah apapun. Jadi, beneran jalan hore-hore-an. Terletak di utara kota bandung, cimahi. Sekitar 1 jam perjalanan dari kampus. Sempet takut nyasar ga sampe karena diantara kami berdelapan, ga ada seorang pun yang pernah mengunjungi objek wisata ini. Tapi, iklan penunjuk jalan sangat jelas, sehingga kami tidak tersasar
 
Begitu tiba di drop off, terlihatlah sclupture bambu yang terkenal itu (hampir setiap orang yang datang  memotret sclupture ini). Entah kenapa disebut dusun bambu. Menurutku nuansa bambu nya masih tidak terlalu terasa (selain dua sclupture). atau bisa jadi sayanya aja yang ga peka dengan keberadaan bambunya.

Jadi, dusun bambu adalah suatu komplek leasure park. Banyak terdapat bangunan dengan berbagai fungsi di dalamnya, antara lain tempat makan (foodcourt, restauran, saung di atas pohon dan di tepi danau), taman bunga-bunga gitu, dan tempat menginap (tapi ga tau di sebelah mana paviliunnya). Untuk yang ingin sekedar jalan-jalan bersama keluarga ataupun teman-teman yang hemat uang, tempat ini termasuk asik dan worth to visit.

Komentar

stenote mengatakan…
Blog yang bagus... semoga terus berkembang.... Saya ingin berbagi article tentang Tokyo Towers di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/03/tokyo-dilihat-dari-tokyo-tower.html
Lihat juga video di youtube https://youtu.be/28hz6ndPV_g

Top post

Belajar Korea

Liburan Kulur-Kilir

A little girl (Reply 1988) Chord