Liburan cepat

2nd day

Hari ini akan menjadi hari yang panjang selama perjalanan di Hongkong (berbanding lurus dengan banyaknnya foto terlampir). Karena perjalanan hari pertama kemarin lebih fokus di central hongkong, hari ini perjalanan fokus di kowloon.
Diawali dengan bangun pagi + sholat subuh, kemudian dilanjutkan dengan mandi. Kemudian santai sejenak membereskan dan mempersiapkan amunisi yang perlu dibawa untuk perjalanan hari ini.
Sekitar jam 7, saya dan teman satu kamar turun ke lantai dasar untuk menikmati sarapan yang sudah disediakan oleh pihak hotel (alhamdulillah gratis. kkk~). Awalnya sempet bingung mau makan apa, karena bufee dan banyak banget pilihannya. Tapi tenang, satu-persatu akan saya cicipi semua hidangan di atas meja tersebut. Mula-mula telur, kemudian roti, lanjut daging (yang pastinya bukan pork dkk. ke-halal-annya? bismillah saja), lalu ditutup dengan salad+yoghurt. Alhamdulillah ya allah.. yang gratisan jangan disia-siakan *motto hidup*.
Oke, selesai makan, balik ke kamar, siap-siap, beres-beres. Sebenernya kita janjian jam 8 kumpul di lobby bawah. Tapi saat saya mengajak teman sekamar untuk turun, dia bilang, nanti tunggu temen yang laen manggil kita ajah. ya udah deh, sambil nunggu, nonton tv sembari tiduran. Ngeliat jam, udah jam 8 lewat nih! tiba-tiba ada yang ngetok kamar. Eh ternyata sang ketua kelompok, "buruan kak, yang laen udah pada kumpul di bawah, kita udah siap mau berangkat". astagaaaa.... ternyata turunnnya inisiatif sendiri. gubrak!. bener aja, pas turun ke bawah, udah ga ada siapa-siapa lagi. semua temen-temen udah duduk manis di dalam mobil. aduh, jadi ga enak sama temen-temen yang laen. maafkeun...

Dengan hati yang kurang enak, melajulah mobil entah ke mana. Diiringi dengan tommy yang ngoceh-ngoceh entah apa yang diomonginnya. Ternyata dia bawa kami ke suatu tempat, yang katanya daerah ini bisa disebut dengan 'desa' nya di hongkong. Kenapa demikian? karena sebagian besar huniannya masuh berupa rumah 2 lantai. sedangkan rumah-rumah di kota sudah beralih ke jenis hunian vertikal (rumah susun/apartemen). Tapi kalo menurut saya, karena daerahnya ga terlalu besar, lebih mirip dengan kampung (yah seperti lingkungan sekitar rumah). Walaupun bilangnya village, tapi suasananya lebih modern daripada desa pada umumnya di daerah-daerah kecil di Indonesia. Kita sempet jalan-jalan sedikit. Kalo ga salah nih ya, dari apa yang tommy bilang, katanya rumah di sini tuh dibangun dari uang sumbangan, tapi entah sumbangan apaaa gitu dari pemerintah. jadi warga tuh kalo mau xxxxx ya harus nyumbang yang hasil sumbangannya dijadikan rumah (maaf, bagian xxxx saya lupa, ga terlalu ngerti apa yang dibilang. maklum, toefl ga sampe 500).

Setelah sedikit keliling desa tersebut, kita lanjut jalan ke must visit place if you go to Hongkong, promenade Avenue of star. wow, saat tommy mention kata itu, langsunglah semangat tidak sabar untuk segera tiba di tempat tersebut. Karena hotel cukup jauh, perjalananpun agak lama. Tapi untunglah ga pake macet. Kemudian tibalah kami di wisata waterfront tersebut. kaya'nya saya ga usah banyak cerita ya di sini. biarlah foto-foto saya ini yang bercerita.
 

Dari sini kita bisa liat skyline nya central hongkong. Tapi sayang, karena sekarang lagi musim dingin, cuaca pagi sedikit berkabut. Kata pak dosen, sebenernya promenade ini lebih baik dinikmati saat sore hari, saat matahari senja menyinari gedung-gedung tinggi di Central Hongkong. Bahkan lebih romantis dinikmati malam hari, saat lampu-lampu gedung pencakar langit berkilauan. Jadi, ini adalah Promenade, daerah tepian air (laut, sungai, dsb). Mungkin sebagian kalian inget kalo nonton film-film hongkong (Jackie chan, Jet lee, Bruce lee), mereka kan suka berantem-berantem gitu. trus berantemnya di pinggiran laut. nah, jadinya tempat ini didedikasikan untuk dunia perfilman hongkong. Banyak patung-patung serta cap tangan para artis-artis hongkong yang mendunia. hal ini jugalah yang mendukung Avenue of stars ini. Saya dan temen yang sudah bekerjasama untuk saling foto diri pun sibuk memburu harta karun(?), eh maksudnya cap tangan para artis-artis ternama tersebut. Pastinya sang master Jackie Chan, harus ngantri buat foto di cap tangannya. Begitupun dengan patung master Bruce Lee. bahkan saat ngantri foto cap tangan jackie chan, hampir rebutan sama tourist yang juga dari indonesia. untung kita saling pengertian karena kita adalah saudara sebangsa dan setanah air, jadi ga perlu pake acara jambak-jambakan dan cakar-cakaran segala.
  
 
Di Promenade ini juga ada gedung Hongkong Performing & Arts Center. Entah lebih luasnya apa fungsi bangunan ini. Saat saya masuk ke dalamnya, yah seperti lobby museum-museum gitu. trus kita cuma mampir ke souvenir shop aja. tapi saya ga beli apa-apa. hemaaattt.. entah, mungkin ada theater nya juga di dalam. tapi karena tenaga abis buat foto-foto, jadi kita yang ga belanja sibuk maen hp buat update status, dan gue kirim gambar ke enyak babe. nyaaakkk aye di hongkong nih nyaaakkkk...

Dari Promenade ini, kita lanjut jalan ke Heritage 1881. Ini adalah rekomendasi pak dosen. Sebenernya letak Heritage 1881 ini bersebrangan dengan Hongkong Performing art center, tapi gue lupa waktu itu kita jalan ato naek mobil ya? berdasarkan cerita pak dosen yang saya tangkap, Heritage 1881 sekarang digunakan sebagai hotel. Entah sih hotel bintang berapa. yang pastinya mahal. mungkin gue bakalan nginep di sini kalo dibayarin ato dapet voucher gratis. Seperti namanya, bangunan ini adalah bangunan jaman dahulu. Di hotel ini juga terdapat menara seperti mercu suar. Konon dulu katanya, bangunan ini terletak di tepi laut, ga seperti sekarang yang lautnya nun jauh disana.  Baiklah, hanya itu yang saya tahu mengenai heritage 1881 ini. Bangunannya sungguh bagus dan cantik. Personally, saya suka sama gaya bangunan yang seperti ini. klasik. antik. cantik. seperti akyuu~ *abaikanyangterakhir. Ditambah lagi pernak-pernik natal karena sekarang menjelang akhir tahun. It fells like europe christmas. New atmosphere for me. Jadi betah berlama-lama foto-foto di sini atau hanya sekedar menikmati keindahannya.

Tak terasa, ternyata sudah tengah hari. Tommy mengajak kita menuju restaurant untuk makan siang. Entah apa nama restaurant ini, tapi pengunjung yang santap siang di sini sebagian adalah mereka yang berasal dari indonesia/malaysia. Sepertinya restoran ini rekomended untuk wisatawan muslim. Banyak sih hidangan yang disediakan. Tapi, tetep enakan makanan di islamic center kemaren. Makan siang kali ini, beberapa piring lauknya masih tersisa. Walaupun demikian, saat tommy nanya gimana makan siangnya, kami tetap mengacungkan jempol.


Tujuan berikutnya adalah tujuan yang juga direkomendasikan pak dosen, Hongkong Polytechnic University. Menurut tommy, tidak banyak universitas, terutama universitas negeri, yang terdapat di Hongkong. Hongkong Polytechnic University ini adalah salah satu dari 3 universitas besar di Hongkong. Sebenernya sih bukan itu alasan kita mengunjungi Hongkong polytechnic university ini, tapi kita mau lihat salah satu karya dame comander Zaha Hadid. uwoouuww.. Zaha Hadid bookkk.. salah satu arsitek idola saya.
Saya masih inget gimana saya kenal sama Zaha Hadid. Saat baru masuk kuliah, iseng-iseng cari tahu apa itu dekonstruksi. Keluarlah beberapa karya yang bagi saya bentuknya seperti bangunan di film-film superhero modern, dengan bentukannya tegas dan tajam namun belakangan berubah menjadi bentukan meliuk dinamis, dengan kesan modern kontemporer (ngasal gue), dan yang pasti hi-tech. Walaupun terkadang saya suka agak geli sama bangunannya yang terlalu meliuk-liuk itu. Saya jelaskan sedikit, dulu Zaha Hadid terkenal dengan karyanya yang hanya sampai di atas kertas, sulit untuk diwujudkan. Memang sebagian besar bentukan yang didapat berasal dari goresan tangannya yang suka melukis. Awalnya pendidikan Hadid dilatarbelakangi ilmu matematika. Entah ada hubungannya atau tidak, belakangan saya tahu bahwa karya-karya Hadid yang terbangun saat ini tak lepas dari peranan algoritma arsitektur dengan bantuan program-progam komputer/software design. Rasanya suatu yang menakjubkan bisa melihat karya arsitek wanita pemenang Pritzker Prize.
Balik ke cerita jalan-jalan, namun sayang bangunan karya Hadid ini masih belum selesai 100%. walau demikian, untungnya bentukan bangunan udah mulai terlihat. Bangunan baru ini terlihat kontras sekali dengan bangunan lain yang fasadenya ditutupi oleh bata. Entah apa cerita dibalik bangunan baru Hongkong Polytechnic Industry yang di desain Hadid ini, sehingga terpilih untuk dibangun.
Sayangnya, karena kunjungan yang mendadak dan sedikit terburu-buru ini, kita tidak sempat mengurus izin apa-apa. Kitapun hanya melihat-lihat dari luar saja. Tidak secara resmi mengunjungi untuk menjelajah lebih jauh dan lebih dalam kompleks Hongkong Polytechnic university ini.

Karena hari semakin sore, tujuan kami berikutnya sudah sedikit santai. Tema tujuan kali ini adalah melihat kehidupan di Hongkong. Kitapun diajak pak dosen ke Ladys Market. Menurut pak dosen, perilaku konsumtif sudah menjadi budaya orang Hongkong. Hampir tiap pulang kerja mereka suka mampir ke pasar untuk belanja, ga harus nunggu gajian atau hari besar. Makanya bila malam tiba, banyak terdapat pasar-pasar kaget di malam hari. Tapi sepertinya kita datang sedikit lebih cepat, karena toko-tokonya masih bersiap-siap untuk buka. Pengunjung/pembelinya pun belum banyak. Tapi beberapa temen sempat membeli sedikit oleh-oleh. Mungkin tourist yang pernah ke hongkong kenal dengan Ladys' Market ini. Tapi atas saran pak dosen, kita lanjut ke pasar berikutnya, yang menurut beliau memiliki jualan yang lumayan beraneka ragam daripada ladys' market ini.
Kitapun turun di Temple Street Market. Suasananya mirip seperti di Ladys' Market tadi. Namun memang kalo saya lihat agak sedikit lebih panjang jalanan yang digunakan untuk kegiatan jual-beli. Karena tujuan kita kali ini untuk sekalian belanja, maka kita punya waktu bebas sekitar 3 jam untuk keliling membeli oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Saya sempet mengeluarkan ilmu bahasa canton yang saya pelajari secara mandiri melalui aplikasi smartphone. "gei cin?" tanya saya kepada penjual. Penjual membalas pertanyaan saya dengan bahasa canton yang saya ga ngerti. setelah saya melongo beberapa waktu mengingat angka-angka dalam bahasa canton untuk mengartikan harga yang disebutkan penjual, bibi penjual pun menyebutnya dalam bahasa inggris. Lalu saya balas dengan "ngo m sik gong gong dong wa", eh bibi penjual malah membalas dengna bahasa canton yang lebih panjang. Taulah, saya pasti ga ngerti sedikitpun apa yang diucap bibi tersebut. Sambil senyum-senyum saya bilang "ngo m meng. ngo m meng". Beliaupun ikut senyum-senyum sambil ngomel-ngomel pake bahsa canton. Gue sih, sok banget. haha..
Tak terasa 3 jam pun berlalu. Tapi rasanya masih belum puaasss.. saya dan beberapa teman yang dari tadi barengan atau ga sengaja ketemu di salah satu kios akhirnya berjalan menuju meeting point yang telah disepakati. Malah salah satu teman ada yang datang menghampiri untuk menjemput. Ternyata teman-teman yang lain sudah pada nunggu.

Karena hari sudah mulai malam, tommy menawarkan kita untuk makan malam. Tapi karena makan malam ini tidak termasuk biaya travel, tommy pun memilihkan sembarang tempat makan yang ada di situ. Awalnya kita mau makan seafood. Tapi tommy bilang kalo harga di restoran itu mahal. Dia menyarankan kita untuk jalan dikit sekalian ke arah stasiun mtr. Saat berjalan, kitapun melewati deretan penjual 'mainan orang dewasa'. Jadi inget pak dosen pernah bilang, "padahal ini namanya temple street, tapi jualannya yang begituan" sambil tertawa kecil. Setelah berjalan lumayan jauh dan lama, akhirnya masuklah kami ke dalam salah satu tempat makan. Bingung mau pesen apa. Kita pilih aja yang murah. Saat itu saya memilih Egg rice beef (kurang lebih begitu judul makanannya). Setelah makanannya datang, saya lumayan susah membuka tutup mangkok. Akhirnya dibantulah oleh salah satu pelayan. Agak kaget juga sik dia mukulin tutup mangkok itu agak keras. Ternyata isinya yah nasi sama potongan daging aja. Sepertinya sebelum disajikan, mangkok tersebut dibakar terlebih dahulu. Ada juga telur mentah yang kita masukkin sendiri ke dalam mangkok nasi yang hangat tersebut. Hidangan ini mengingatkan saya dengan bibimbab, 'sokgo sokgo~'. Tapi oh ternyata, rasanya HAMBAR. untungnya saya bawa sambel botol. Ada juga temen yang bawa sambel lingkung. Tapi tetep makanan saya ga habis walau sudah dengan susah payah memasukkan setiap sendokan ke dalam mulut. Emang bener ya, jangan coba-coba kalo makan di negeri orang. Lebih baik pilih yang pasti-pasti aja. Tak sampai di makanan kita yang ga habis (walaupun ada temen yang suka makanan tersebut), ada juga temen yang kaget saat bayar (+35HKD). Dia bilang, "Darimana asalnya kok harga beef sama dengan harga chicken. Biasanya kan mahalan beef". hehe... Sebenernya saya nyadar sejak beli mcd kemarin. Harga yang pake lauk beef sama chinken sama aja. Makanya kali ini pun saya milih yang beef.

Selesai makan, kami memutuskan untuk lanjut perjalanan malam. Karena jam travel udah berakhir sejak tadi sore, kamipun melanjutkan perjalanan dengan moda transportasi umum. Lumayan nih kesempatan nyobain MTR nya Hongkong. Lumayan jauh jalan ke stasiun, sepertinya tommy juga ga begitu hapal jalan ke stasiun, akhirnya dengan kaki yang mulai lelah tibalah kami di dalam stasiun. Untungnya karena saya sebelumnya pernah nyoba MRT Singapore, ga begitu kagok sama MTR ini. sempet diajari tommy cara beli tiket di mesin tiket, masing-masing dari kamipun akhirnya memiliki tiket (+3HKD). Ga terlalu banyak waktu yang dibutuhkan untuk tiba di stasiun tujuan kami, promenade star avenue (ato apalah namanya). Yap, kami ke sini lagi. Tempat yang telah kami kunjungi tadi pagi. Tapi atas saran pak dosen, beliau ingin melihatkan kepada kami gimana hidupnya kawasan waterfront hongkong di malam hari. Benar saja, dari promenade ini kita bisa melihat kerlap-kerlip lampu dari gedung-gedung pencakar langit hongkong central di seberang lautan sana. Setelah capek foto-foto kitapun cuma duduk menikmati dan merekam indahnya pemandangan yang terhampar di depan mata dan diiringi dengan semilir angin malam musim dingin.
 
Hari semakin malam, karena takut kehabisan kereta, kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke hotel. Saat akan membayar di depan mesin tiket, kami cukup kaget dengan biaya kereta yang harus kami bayar per-orangnya. $20?!. Bahkan ada temen yang sempet bilang, apa kita naek taksi aja? Tapi atas argumen dan keputusan ketua, kami akhirnya memutuskan untuk tetap naek mtr. Memang lokasi hotel kami di new territories yang lumayan jauh dari kowloon membuat harga tiket mtr mahal. perjalanan pun hampir 1 jam. Kami juga harus transit untuk ganti kereta yang lebih kecil (sesuai petunjuk dari tommy tadi). Hingga akhirnya tiba juga di hotel.

Malam ini, ga ada yang mau jalan-jalan keluar hotel lagi. pada kecapekan semua. atas saran temen, saya dan teman satu kamar bergiliran berendam di air hangat untuk menghilangkan pegal-pegal sebelum tidur malam.

Komentar

Top post

Belajar Korea

Liburan Kulur-Kilir

A little girl (Reply 1988) Chord