Bebeb Berkelana di Korea
PART
1
Tahun
2012, setelah melepas status sebagai mahasiswa, neglihat iklan promo salah satu
maskapai. Dengan rajinnya saya mencari tanggal yang paling murah. Bahkan saya
juga sempat browsing tempat-tempat wisata apa saja yang menarik yang akan saya
kunjungi SEANDAINYA saya jadi pergi ke Korea Selatan. Bahkan untuk mempermudah
menyusun itinerary yang pas pun, saya menghapal peta lokasi daerah-daerah di
kota Seoul dengan bantuan google maps. Tapi dulu, apadaya. Freshgraduate
standar gajinya kecil. Apalagi saya bukan kerja di perusahaan bonafit yang
gede. Duit pun susah terkumpul. Itinerary yang sudah jadi saya simpan dalam
format .ppt kemudian saya tunjukkan ke orang tua, siapa tahu mereka tertarik
untuk saya ajak liburan ke negeri ginseng itu, kan lumayan bisa meminimalkan
pengeluaran di sana nantinya. Tapi sayang, mereka tidak tertarik.
File
yang sudah 3 tahun tersimpan di laptop itu, akhirnya saya berikan kepada teman
yang mau ke korea. Awanya dia sempat mengajak saya untuk ikut bergabung di
liburannya karena ia mendapatkan tiket dengan harga promo. Namun karena saya
ada pertimbangan lain, jadinya tidak saya ‘iya’kan. Tapi, pertimbangan lain ini
kemudian menghasilkan pertimbangan lainnya. Akhirnya saya memutuskan untuk ikut
teman saya tersebut apalagi saat saya melihat tanggalnya, mendekati puncak
musim gugur. 6 Bulan sebelum tanggal keberangkatan, tiket Airasia
Bandung-Incheon via Kuala Lumpur saya issued seharga 3,7 juta. Tanpa bagasi,
tanpa makan. Karena teman tersebut bilang “kita backpackeran aja.”
Akhir
juli, saat kembali ke kampung halaman dalam rangka libur lebaran+libur
semester, bertemulah saya dan ketiga teman saya yang nantinya akan berpetualang
bersama di korea. Kita menentukan destinasi dan akomodasi. Dan yang tidak
ketinggalan adalah VISA Korea.
Visa
Korea
Kami
sepakat untuk membuat Visa Korea Selatan sendiri, tanpa bantuan jasa tour
travel. Saya yang memang biasa ke Jakarta dan sudah tidak memiliki jadwal
kuliah yang padat, tidak keberatan kalau hanya untuk mengantarkan berkas dan
mengambil paspor saja.
Untuk lebih detail mengenai pembuatan visa korea selatan, kalian bisa merujuk ke web Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia.
Karena
saya mahasiswa, perlengkapan dokumen pembuatan visa korea selatan saya adalah:
- Form yang sudah diisi (saya sih kemarin isinya ditulis tangan). Form tsb dapat diunduh dari laman resmi kedubes Korsel Indonesia. Fotokopi: KTP, KK, Akte Lahir. (menunjukkan bahwa kita adalah penduduk resmi berwarga negara Indonesia).
- Foto 4x6 warna 1 lembar yang ditempel di form diatas.
- Paspor asli beserta fotokopian paspor halaman depan+belakang, dan halaman yang ada cap nya.
- Surat Keterangan Mahasiswa.
- Surat keterangan yang ditandatangan di atas materai (karena tidak ada kop surat) bahwa orang tua saya (saya meminta mama saya untuk menandatangani surat ini) bertanggung jawab atas pengeluaran saya selama di korea. Dan juga menyatakan bahwa saya akan kembali ke indonesia, tidak akan menetap dan mencari kerja di Korea selatan.
- Rekening koran tabungan saya 3 bulan terakhir. Rekening koran tabungan orang tua (mama) saya. Rekening saya sih Cuma 15jt. Mama saya, mungkin sekitar 50jt (lupa), Temen saya yang lain, yang udah kerja rekeningnya di kisaran 20-30an jt.
- Fotokopi npwp mama saya (karena beliau masih kerja di salah satu perusahaan). Bukti bayar PBB. (intinya sih untuk menunjukkan bahwa kita warga negara yang tidak bermasalah dalam hal finansial).
Seingetku
sih itu aja.
Passport kita~ |
Berkas
lengkap, cus ke kedubes korsel naek busway koridor 9 turun di halte Tegal Parang, tinggal
jalan kaki untuk sampe lokasi. Kalo agak ragu atau bingung, nanya aja sama
satpam-satpam gedung-gedung di pinggir jalan tersebut. Akhirnya sampai deh
inces di bagian pembuatan visa. Lumayan rame. Tapi emang paling rame ya kurir
dari travel tour. Begitu masuk, minta nomor antrian sama polisi yang jaga ga
jauh dari pintu masuk, nunggu, trus dipanggil nomor antriannya. Kasihin semua
berkas dan bayar Rp 560.000 per-orangnya. Nanti kita dapet selembar kertas
bukti yang nantinya dibawa lagi pas ngambil pasport yang udah ada visanya. Oh
iya, untuk pemasukan berkas visa, hanya dilayani dari pukul 09.00 – 11.30. Jadi
perlu perhatikan dan perhitungkan waktu perjalanan ya.
Untuk
melihat status visa kita, bisa di cek di website ini aja.
visa cetar itu... |
Hari
kedelapan, saat di cek, ternyata semua visa kami sudah berganti status dari
received menjadi approved. Alhamdulilah, hal yang mendebarkan telah berlalu.
Tapi
karena saya males ke jakarta, visa nya baru saya ambil seminggu kemudian. Pengambilan visa di kedubes Korea Selatan adalah pada pukul 13.30 – 16.30. Sempet
bete sih, karena satu jam saya menunggu setelah menyerahkan kertas slip di
loket, nama saya belum dipanggil. Sampe ruang tunggu sepi, barulah saya nanya
ke loket. Entah deh hilang kemana tuh kertas. Untungnya mbak petugas mau
melayani ngasih paspor kami. Lah emang bukan salah gue juga kalee..
Oke,
Urusan Visa Beres.
Uang
2
bulan sebelum keberangkatan, saya rajin memantau kurs rupiah dan won. Sayangnya,
september-oktober 2015 adalah saat-saat rupiah melemah. Begitu 1 won mencapai
harga 12 rupiah, saya langsung ke money changer, menukarkan Rp 2.500.000
menjadi KRW 208.000. Dan membeli 100 ringgit seharga Rp325.000. Namun sayang,
karena penerbangan keberangkatan saya di re-schedule 3 hari sebelum
keberangkatan menjadi penerbangan malam, saya putuskan untuk tidak melakukan KL
tour dan 50 MYR saya titipkan ke teman untuk ditukar menjadi 10.000 Won. Di
korea juga saya sempat mengambil uang di atm sejumlah 100.000 won dengan kartu
debit visa yang saya punya.
part 2
Duit yang gue bawa. |
Komentar