PUNYAKUBAE

  • PUNYAKUBAE |
  • Tag
    • Travel Stories
    • Promotional
    • Entertainment
    • Food Experience
  • History
    • 2025
    • 2024
    • 2023
    • 2021
    • 2020
    • 2019
    • 2018
    • 2017
    • 2016
    • 2015
    • 2014
    • 2013
    • 2012
    • 2011
    • 2010
    • 2009
    • 2008
    • empty
      • empty1
      • empty2
Weoljeongri, Jeju
 
Jeju is a famous island in Korea, specially for holiday. Of course, the most favorite place must be the beach! I decided to visit Weoljeongri Beach on my first day visiting Jeju, as well as my first travel destination.
Weoljeongri located in the north-east part of Jeju Island. It took more than an hour to reach Weoljeongri from Jeju intercity bus terminal by bus no. 701 (red line), and cost about ₩ 3,200. I bet you won't be bored because this bus route provide nice rural scenery, sea on the left side of the road and fields on the right side of the road with mountain in a further distance. Once we're near the right stop, the driver told us to be ready to get off from the bus.
-
Jeju adalah sebuah pulau yang terkenal di Korea Selatan untuk liburan. Tempat yang paling disenangi di Jeju pastinya adalah Pantai! Saya memutuskan untuk mengunjungi Pantai Weoljeongri sebagai tempat wisata pertama saat berada di Jeju.
Weoljongri terletak di bagian timur-laut pulau Jeju. Saya menggunakan bus no. 701 (jalur merah) dari Terminal bus Intercity Jeju, dengan tarif 1.200 won. Selama 1,5 jam perjalanan, saya tidak merasa bosan karena rute bus ini menyediakan pemandangan alam yang indah, lautan di sebelah kiri jalan, tanah luas di sebelah kanan, dan gunung yang samar terlihat di kejauhan. Saat akan tiba di Weoljeongri, pak supir akan memberitahu agar kit bersiap turun di pemberhentian bus.
To reach the beach, we need to walk through the village first. I think this is one of the pleasure thing of this place as a tourism destination. Don't be worry to getting lost your way in here because there's a map board right besides the main road, so you can take a look for a moment first before decided which road you wanna go.
-
Untuk tiba di pantai, kita harus berjalan terlebih dahulu melalui desa Weoljeongri. Bagi saya, ini adalah hal yang mengesankan dari perjalanan wisata menuju Weoljengri ini, karena bisa menikmati suasana desa tepi pantai. Tidak perlu khawatir tersesat, karena terdapat papan peta di pinggir jalan utama, jadi bisa melihat terlebih dahulu rute mana yang akan dipilih untuk menjangkau pantai.
 
At that time, I took the shortest path. At first, we will walk for about 400 m in a small road in between wide fields. Some fields are still green, some others looked brown because it was already harvested. I also saw some farmers working on their crops.  I just realize what crops is this when I smell of a scent, an onion smell. From the further distance of the fields, I can see a windmill that looked closer and bigger as I walk further, means that would soon arrive on the shoreline. Not that long, the surrounding scenery changes into a buildings, a houses. Another thing that I realized in this village is the rocky fences. Both the fields and the houses were bordered with several black sea stones (coral) placed stack-piled on each other. What so unique about this stone fences is they're not using adhesive to be stick. Some of the houses building on the roadside of this village were used for restaurant, cafe or guesthouse. This kind of building will be more to be seen when we arrived at the shore line. There's even a cute street-furniture on the coastal road.
-
Saat itu, saya mengambil rute terpendek. Di awal perjalanan, kita akan melalui sebuah jalan kecil diantara ladang yang luas. Beberapa tanaman di ladang berwarna hijau dan kekuningan, ada pula ladang yang berwarna kecokelatan karena telah dipanen. Sayapun sempat melihat beberapa petani yang sedang bekerja mengolah tanaman maupun hasil panennya. Saat saya mencari tahu tanaman apa yang terdapat di ladang ini, saya mencium sebuah aroma, aroma bawang. Di balik ladang ini, dari kejauhan tampak kincir angin yang semakin lama dan jauh berjalan akan semakin terlihat jelas, menandakan bahwa saya akan segera tiba di tepi pantai. Tak lama kemudian, pemandangan sekeliling berubah menjadi bangunan rumah-rumah. Hal lain yang saya sadari di sini adalah pagar batu. Baik ladang maupun rumah dibatasi dengan batuan karang dari laut yang berwarna hitam, yang ditumpuk diatas satu sama lainnya. Yang unik dari pagar batu ini adalah tidak menggunakan elemen perekat untuk menempel, hanya diletakkan secara alami saja. Beberapa rumah di sisi jalan utama desa Weoljengri dimanfaatkan sebagai kafe, rumah makan, dan penginapan. Bangunan dengan fungsi ini akan semakin banyak terlihat saat kita tiba di bibir pantai. Bahkan terdapat pula beberapa elemen penghias jalan yang lucu disepanjang jalan di tepi pantai.
 
Weoljeongri beach has wide soft white sand with calm crystal blue water. So Beautiful! I don't know how to describe it in words. just photo can explain it. Lucky me it's a fine bright day, so my photo become more gorgeous. One of a rare view for me is the windmill on the shore line. It's my first time seeing a windmill because my tropical country doesn't have a strong wind, so that's why we don't have it.
-
Pantai Weoljeongri memiliki hamparan pasir putih halus nan lembut yang luas, serta air laut berwarna biru jernih yang tenang. Sungguh sangat Indah! Didukung olehh hari yang cerah, foto yang saya tangkap pun menjadi lebih menarik. Satu hal lain yang menakjubkan untuk saya adalah, adanya kincir angin yang berbaris di tepi laut. Ini pertama kalinya saya melihat kincir angin, karena negara tropis kami tidak memiliki angin yang kencang, maka tidak dapat memanfaatkan energi alternatif dari angin.
 

After spending more than an hour in the beach, we visit one of the cafe to buy a drink. I bought a juice that made from Jeju most famous product, hallabong (Jeju Orange). What so cute about the juice I bought is the shape of packaging bottle is Dolhareubang, another famous icon of Jeju. It cost about ₩ 3,000 and can make me relieved from my thirst.
-
Setelah menghabiskan waktu beberapa jam bermain di pantai, kami mengunjungi salah satu kafe untuk membeli minuman. Saya membeli Jus yang terbuat dari buah produk khas Jeju, Hallabong (Jeruk khas Jeju). Yang unik dari jus ini adalah kemasan botolnya yang berbentuk Dolhareubang, ikon lain yang terkenal di Jeju. Jus seharga 3.000 won ini dapat melegakan saya dari rasa haus selepas berjalan di desan dan bermain di pantai Weoljengri.
 
Hope my trip story can give you an inspiration to visit Weoljeongri, a rural village in Jeju which have nice fields scenery, beautiful emerald beach, amazing windmill line view, and also cute building and street furniture.
-
Semoga cerita perjalanan saya dapat menginspirasi untuk mengunjungi Weoljeongri, Pedesaan di Jeju yang memiliki pemandangan alam yang indah, pantai yang cantik, kincir yang yang menakjubkan, dan bangunan yang lucu di sepanjang pantai.

Day-7

Huaaahhhh udah hari terakhir aja liburannya. TT_TT...

Sarapan pagi Dalbit Guesthouse ini lumayan beragam. Ada sereal dan susu, serta roti dengan berbagai olesan. Itu aja sih yang gue makan. Mungkin ada telor dan jus juga. Tapi gue ga berani kalo harus ngubek kulkas. Belum lagi turis Jepang yang sarapan bareng masak bacon. Baru nyadar, laen kali kurangi penggunaan kitchen utensil untuk menjaga syari’ah agama (sok banget kalimatnya).
 
City Hall-Cheonggyecheon
Hari ini ga banyak jadwal. Memang di awal perencanaan, gue mau mampir ke Namdaemun. Tapi karena jalannya agak jauh, dan pasti butuh waktu lama buat ngider-gider, dan ga tau juga toko-toko di sana pada buka jam berapa, akhirnya setelah tas koper beres, kita check-out dari hostel menuju City Hall. Tapi karena bokap ga mau ikutan keluar (bilangnya sayang kalo keluar, nge-tap kartu, kena potongan tiket lagi, jadinya do’i nunggu aja di platform. Padahal panas dan engap loh nunggu di platform stasiun subway), gue berdua nyokap aja ngider-ngider di tengah kota Seoul pagi ini. Suasana ga begitu rame. Kita berjalan melewati beberapa bangunan kaya’ bangunan perkantoran yang juga banyak dijumpai di ibukota, sambil melihat beberapa bunga-bunga cantik yang ditanam di pinggir jalan.
 
Jauh berjalan, ga kerasa udah hampir ngeliat patung Letnan Yi Sunsin aja, eh udah mau nyampe di Gwanghwamun Square. Padahal niatan awalnya ga sejauh ini, cuma sampe Cheonggyecheon aja. Cheonggyecheonnya malah kelewatan, ga keliatan karena sedang ada renovasi di Cheonggye Plaza. Pantes…. Di Cheonggyechoen gue sama nyokap, biasa… foto-foto… musim semi ini cheonggyecheon ga kalah cantik, dihiasi bunga berwarna di sisi sepanjang sungai. Ada juga bunga yang melintang menghiasi jembatan di atas sungai. Cheonggyecheon memang WAJIB dikunjungi di setiap musim karena memberikan kesan yang beda-beda!
Puas foto, kita jalan balik ke arah City Hall. Mungkin City Hall bukan termasuk salah satu destinasi wisata favorit, apalagi buat wisatawan Indonesia. Gue ke sini rencananya mau ngelihat bangunan city hall yang memiliki 2 karakter desain, dimana bangunan bagian depan mempertahankan bentuk bangunan lama, sedangkan bangunan bagian belakang telah mengalami perubahan dengan bentuk bangunan yang lebih modern, dengan fasad kaca bersiku yang dibuat mengalir. Cukuplah ya buat dilihat-lihat oleh orang dengan background bangunan kaya’ gue. Di bagian luar City hall juga terdapat bunga-bunga cantik yang ditanam dengan indahnya. Sebenernya gue ke sini mau masuk ke bagian dalem bangunan, konon katanya kita bisa ke salah satu rooftop buat ngelihat Seoul city scape (walopun ga tinggi-tinggi banget). Tapi gue bingung ini masuknya lewat mana. Yaudah kita turun lewat eskalator yang ada aja. Trus ngelihat ada pintu, masuklah ke dalam.
Mungkin karena hari ini hari minggu dan masih pagi, suasana bagian dalam ruangan ga begitu rame. Kalo gue lihat bagian dalam ruangan yang kita masuki ini layaknya museum yang memberikan informasi umum mengenai Korea dan Seoul. Buat anak-anak asik nih di sini, karena warna-warni ceria. Waktu sedang melihat-lihat karya/barang yang dipamerin, ada seorang bapak-bapak berseragam datang menghampiri. Dengan keberaniannya menggunakan Bahasa inggris yang tidak terlalu fasih, beliau menawarkan untuk tur keliling City hall. Tapi sayang, karena gue ga berencana lama-lama di sini, jadinya si bapak gue tolak. Di lantai yang lebih bawah lagi ada semacam ruang serba guna, dan lagi ada acara. Gue bingung, ini acara bebas gratis atau khusus rsvp, karena ada semacam booth untuk peminjaman pakaian tradisional korea. Tapi karena malu dan ga ada yang nawarin dan menghampiri, gue ga berani macem-macem, padahal nyokap kelihatan mupeng pake baju korea. tapi ya kali.
Sekitar 1 jam waktu sudah berlalu, gue putuskan buat balik ke stasiun subway tempat bokap udah nunggu. Dari City hall ini, ga perlu keluar, karena ada pintu jalur langsung menuju platform. Oh iya, beberapa hari setelah gue pulang ke Indo, gue baru tau kalo Seoullo 1701 udah dibuka. Aelah, coba gue tau lebih awal, kan bisa mampir. Mana tempatnya ga jauh dari City hall. Nyesel juga sih. Mungkin City hall jadi sepi karena orang-orang pada ke Seoullo kali yak.
Dari stasiun city hall, kita harus ganti kereta di Seoul station. Platform Arex di sini dalem banget, harus berapa kali jalan turun eskalator. Yah, selesai sudah penjelajahan di Korea selatan.
Oh iya, kalo kalian mau sholat di Incheon airport, ada di departure hall Gate 24, jadi kalian sudah harus masuk lewat cek imigrasi dulu kalo mau sholat (Gue belum nemu musholla yang di luar). Di musholla ini, ga ada tempat wudhu. Kalian bisa ambil wudhu di toilet terdekat. Banyak kok turis muslim berparas melayu yang sholat dan ambil wudhu di toilet ini. Tapi tetep harus memperhatikan kebersihan toilet ya. Jangan sampe airnya berceceran. Bila perlu lantai yang basah kena air di lap lagi, agar orang lokal tidak memiliki pandangan jelek tentang muslim. Kalo mau basuh kaki, jangan di angkat ke wastafel, tapi kakinnya bisa di lap aja pake tangan yang basah, atau semprot kaki di dalam bilik toilet.
Sambil menunggu panggilan boarding, di departure hall Incheon airport, kalian bisa ikut beberapa program kebudayaan korea secara gratis, dengan syarat boarding time harus lebih dari 60 menit sejak kalian mendaftar. Saat itu, kegiatan yang sedang diselenggarakan adalah mengecat miniatur meja. Awalnya dijelaskan dulu oleh Agassi yang membantu, bahwa meja ini dulunya digunakan untuk belajar atau membaca kitab. Kemudian dia menawarkan pilihan warna, gue memilih warna merah. Setelah selesai, miniatur meja ini bisa kita bawa pulang, bahkan di kotaknnya bisa kita tulis nama kia sendiri menggunakan huruf Hangeul. Gue rasa kegiatan satu ini sayang banget buat dilewatin. Ga rugi dateng cepet ke bandara!

Sambil menunggu lagi, gue mampir ke salah satu Duty free karena gue masih ada uang tapi ga banyak. Gue beli Banana milk dan semacam kue/rice cake gitu. Harganya lebih mahal ih daripada beli di supermarket/mini market di kota.
 
Oke, sebelum mengakhiri, ini sedikit foto mengenai food on board Asiana Airlines. Karena gue jarang naik pesawat ke luar negeri jauh gini, gue ga tau gimana sama makanan halal. Mungkin lain kali, bisa minta request ke pramugarinya untuk disediakan menu halal (kalo ada), atau ga vegetarian. Eh, tapi ada juga yang suka minta snack gitu. Gue katro jadi belum pernah nyoba. Hehee..

---
Do check the vid of this trip
 

Terakhir, terimakasih kepada Visit Korea Committee karena sudah memilih saya sebagai salah satu pemenang Korea Grand Sale Event dan memberikan hadiah berupa tiket pesawat Asiana Airlines round-trip Jakarta-Incheon secara gratis ke gue dan nyokap.
Korea ì§±!


day-6
Day 6

Bangun pagi-pagi langsung siap-siap beres-beres karena kita harus balik ke Seoul dengan pesawat pagi. Semalem sempet nanya resepsionis, minta tolong pesenin taksi karena pesawat kita sekitar jam 9 pagi (*resepsionisnya juga ga 24 jam). Eh tapi mereka malah nyaranin gapapa besok pagi aja pesen taksinya, kerana bandara ga jauh dari hotel, ga nyampe 30 menit, jadi ga perlu takut buru-buru. Gitu… yaudah. Pagi-pagi banget ini, kita udah ngeluarin koper ke lobby, trus sarapan. Pastinya kita orang pertama dong di restoran.! Enak bebas pilih-pilih menu, bahkan ga malu buat bungkus-bungkus. Heehe… tapi biasa, nyokap gue malah nyante makan nyemal-nyemil sarapan. Aelah..

Selesai urusan sarapan, udah ada petugas resepsionis. Langsunglah gue minta buat nelponin taksi ke bandara. Emang bener, ga perlu nunggu lama, taksinya langsung datang jemput, dan kita cuss ke bandara. Nyampe bandara juga cepet. Jadi ga buru-buru banget buat ngejer check-in apalagi boarding. Sempet jalan-jalan di semacam Shopping mallnya gitu, tapi gue ga begiu tertarik buat belanja di bandara kalo liat-liat harganya, mana pilihan tokonya juga ga begitu banyak. Yaudah, langsung masuk ruang tunggu, dan mereka tetep periksa paspor kita, karena Jeju area bebas visa. Nah, untuk masuk balik ke Seoul atau kota lainnya, sebagai warga negara asing, paspor kita dicek lagi, walopun ini penerbangan domestik. Ga lama ga sampe bosen banget nunggu, tibalah waktu boarding. Di dalem pesawat, gue juga cuma tidur, capek euy..
Sampe Gimpo, udah ga begitu bingung, karena sudah ke sini pas pergi kemaren, jadi ga begitu susah nyari pintu ke arah stasiun kereta. Walopun tetep terasa jauh buat sampe ke platform subwaynya. Di dalem subway, gue masih ngerasa kecape’an, sambil lihat-lihat peta buat nentuin jalur subway dan jalan yang harus dilewati untuk menuju guesthouse.

Seoul Dalbit Guesthouse Dongdaemun
Jadi, dari Gimpo airport, kita naik arex sampe stasiun akhir, Seoul Station. Kemudian pindah ke line 1 (biru tua) dan berhenti di stasiun Dongdaemun. Sebenernya lokasi Seoul Dalbit Guesthouse ini memang terletak di antara stasiun Dongdaemun dan Dongmyo. Jadi bisa dicapai dengan beberapa line subway. Namun demikian, letaknya ga deket-deket banget sama pintu keluar (exit) stasiun. Pilih stop di stasiun Dongdaemun karena gue mau sekalian lihat-lihat gimana suasana di sekitar Dongdaemun yang katanya pasar itu. Begitu keluar pintu stasiun, bener BANGET, RAME. Berasa kaya’ jalan di sekitaran area pasar 16 ilir Palembang atau pasar baru Bandung. PKLnya juga riweuh-riweuh.. jalan ke guesthouse lumayan jauh, apalagi sambil geret-geret koper berat. Untungnya petunjuk jalan yang didapet dari internet cukup jelas, jadi ga terlalu bingung walo harus belok-belok ke jalan kecil.
Meskipun berada di keramaian pasar, Seoul Dalbit Guesthouse terletak di jalan kecil yang sepi. Di lantai dasar guesthouse juga sepi. Sempet bingung awalnya, karena ternyata resepsionisnya di lantai 2. Oalaahh… Seperti guesthouse yang pernah gue kunjungi sebelumnya, di Seoul Dalbit Guesthouse ini mereka juga menerapkan untuk lepas sepatu sebelum masuk ruangan, dan bisa pake sandal rumah sebagai ganti alas kaki. Tapi karena gue ga perhatian, ga baca, gue nyelonong aja, dan baru dibilangin petugas resepsionisnya setelah gue masuk. Rate Seoul Dalbit guesthouse yang gue dapat sekitar Rp 410.000,- per-malam untuk kamar berisikan 3 kasur, dan pembayarannya bayar di tempat. Kamar kita terletak di lantai 3. Ada dispenser di koridor, jadi enak, bebas kalo mau ambil minum, ga perlu malu dilihatin resepsionis. Heeheh… Kamarnya ga segede kamar di shinchon hostel kemaren. Mungiiiiillll banget. Mana barang kita banyak, jadinya agak ribet kalo harus lalu-lalang di kamar pas unpacking. Kamar mandinya juga gitu. Suka kepentok-pentok wastafel kalo gerak di dalem kamar mandi. Tapi desain kamarnya, ini yang paling kece untuk jenis penginapan murah. Namun karena kita sampe sini masih kepagian, gue ga check-in, cuma titip koper doang. Dibolehin kok sama namja resepsionis. Udah lumrah kali ya model beginian.

Itaewon
Selesai taroh koper, kita lanjut jalan menuju Itaewon. Yap, karena hari ini adalah hari jumat, jangan sampe traveling membatasi keimanan dan ketakwaan (ceileeehhh…). Untuk menuju Itaewon, kita bisa langsung naek subway dari stasiun Dongmyo tanpa harus ganti line. Pintu stasiun ini ga jauh dari hostel, ada jalan pintas lewat jalur pedestrian di gedung sebelah hostel yang langsung menghadap ke jalan raya (stasiun paling dekat dengan guesthouse). Platform stasiunnya juga ga begitu gede, jadi ga perlu cape menges jalan, walopun stasiunnya cenderung kosong. Di dalam kereta juga masih belum terlalu banyak penumpang. Mungkin line ini bukan atau tidak terlalu favorit untuk jalur pariwisata. Namun, semakin mendekati Itaewon, satu-persatu penumpang lain mulai masuk naik ke dalam kereta.
Begitu tiba di stasiun Itaewon, ini untuk pertama kalinya gue ke stasiun itaewon, walo beberapa bulan lalu sempet mampir ke itaewon dan foto di luar stasiun. Suasana area internesyenal-nya kerasa dengan beberapa papan iklan yang didominasi tulisan non Hangeul. Begitu kelur pintu exit 3, kita langsung nemu ada semacam atm bank gitu. Yeaiy~ untung, jadi bisa ambil duit. Seperti yang gue ceritain sebelumnya, kalo ambil atm (visa) di semacam bank ini, ga kena charge 3600 won, mana ada Bahasa Indonesianya juga (tapi entah kenapa di buku tabungan bank daerah yang gue pake kena charge Rp 25.000).
Dari bank, kita jalan ke arah masjid Itaewon. Belok ke kanan di belokan pertama, seberang restoran Halal Guys. Ga perlu bingung karena suasana muslim dan timur tengah mulai kerasa di sini dengan berbagai toko menjual makanan dan beberapa produk halal. Tapi untuk mencapai masjid, perlu usaha yang agak gigih karena jalannya berkontur naik. Capek dan menges kalo sambil nggendong ransel gini. Ya walopun bisa sambil lihat-lihat restoran halal sambil nyium aroma masakan buat survey dan tebak-tebak restoran mana yang mau dimampiri buat makan siang abis sholat nanti.

Seoul Central Mosque
Setelah melewati jalan kecil tadi, untuk mencapai masjid tidak begitu sulit karena bisa ditemui beberapa orang yang berjalan ke arah masjid juga. Mungkin agak sulit mengidentifikasi masjidnya, karena tampilannya ga kaya’ masjid-masjid di Indonesia. Masjidnya ditutupi pagar tembok. Kubahnya pun ga terlihat. Penanda yang paling mencolok adalah gerbang masuk berbentuk lenkung lancip menuju pelataran masjid yang berada di elevasi lebih tinggi lagi. Teteuuuppp harus mendaki atau naik tangga untuk masuk ke pelataran halaman masjid.
Jam 11 siang itu, suasana sekitar masjid sudah terdapat beberapa orang, terutama orang berparas melayu yang kalo gue tebak adalah traveler juga, sedang duduk-duduk di bawah pohon. Tapi entah kenapa aktivitas persiapan sholat jumat belum ramai terlihat. Penasaran, gue nanya sama salah satu petugas, memastikan jam zhuhur. Memang tinggal sebentar lagi. Tapi ga tau kenapa masih kaya’ sepi-sepi gitu. Setelah lewat jam (harusnya sudah masuk) zhuhur, satu-persatu mobil-mobil mulai masuk untuk parkir di halaman masjid. Karena udah mulai rame, gue dan nyokap memutuskan untuk masuk masjid juga. Tapi bingung, cewek masuknya lewat mana, wudhunya dimana, karena cowok semua. Jalan-jalan gue mengelilingi masjid, ketemulah ruangan bertuliskan “women only”. Di bagian belakang masjid. Trus ada tempat wudhu juga. Air wudhunya dingin brrrrr…. Habis wudhu, ketemu cewe’ bule dari perancis (?) berjilbab (tapi keturunan negara arab gitu *lupa persisnya dimana). Dia nanya dimana area cewe’. Gue bilang ga tau, tapi di situ ada ruangan bertuliskan “women only”. Trus dia nanya ke ruangan tersebut, ternyata ruang sholat perempuan ada di lantai 3 masjid. Tangga naiknya di bawah tangga luar masjid itu. Cape’ euy naik ke lantai 3. Kasian orang tua.
 
Di ruang sholat perempuan lantai 3, kaya’ balkon gitu, ruangannya ga gede, bisa lihat lantai di bawah. Ada mukenah dan sajadah juga buat dipake pinjem bebas. Ada larangan memotret untuk menghormati jama’ah perempuan lain. Jama’ah perempuan saat itu, banyak juga orang melayu, yang bisa dilihat dari penggunaan mukenah. Ada juga orang berparas arab/bule, india, dsb. Khotbah sholat jumat disampaikan dalam 2 bahasa, Inggris dan Korea. tapi entah kenapa kalo gue denger, pemberi khotbah ini lidahnya kaya’ lidah melayu, mungkin bisa jadi orang Indonesia atau Malaysia. Selesai sholat, ternyata di pelataran masjid ada yang bagi-bagi roti dan susu. Tapi yakali gue ikutan rebutan sama cowo-cowo.
Muree Restaurant
Karena udah siang, kita lanjut keluar masjid, melalui jalan yang sebelumnya sudah kita lewati. Perasaan tadi pas pergi ada nyium aroma masakan enak. Tapi lupa di restoran yang mana. Akhirnya pilih random aja. Trus kita masuk ke Muree Restaurant yang memasang logo halal (walo halalnya bukan dari MUInnya korea, cuma self-certified). Siang itu hanya ada satu meja terisi klo ga salah, masih sepi. Tapi ga lama kita masuk, kayanya ada satu rombongan melayu yang juga masuk buat makan siang di sini. Pelayannya keturunan Arab atau Pakistan gitu. Pilihan menu lumayan ga terlalu banyak. Mereka juga menyediakan menu india/arab/timur-tengah gitu. Tapi karena sedang di korea, gue pilih salah satu menu korea, Ddakdoritang, ayam ada kuah saos pedes dan kentang. Trus pesen Kimchijeon (pacake kimchi) juga, walo awalnya dia bilang  barangnya ga ada, tapi kemudian setelah dia cek, bisa dipesen. Seperti biasa, nambah 1 nasi. Yang agak beda di sini, nasinya disajikan di piring, bukan mangkok. Dikasih sendok garpu juga. Tapi sayang, Banchannya ga banyak T_T (padahal pesen set menu buat ngincer banchannya). Harganya standar sih, ga mahal-mahal banget untuk makanan halal yang susah ditemui. Rasanya enak-enak aja. Alhamdulillah menu tersebut cukup untuk kita makan bertiga. 
Selesai makan, lanjut jalan lagi. Sempet mampir ke Line store yang kemaren kita kunjungi. Bahkan sekarang naik ke atas. Ya gitu tokonya jual pernak-pernik karakter Line. Tapi harganya…. mau nangis gue. Mau foto-foto juga malu ih, sepi soalnya, takut pada diliatin pegawainya. Hehe… Tadinya sih di Itaewon sini mau mampir ke Leeum Samseong Art museum, tapi ya gajadi ajalah, Karena masuknya bayar, trus bonyok juga pasti bosen. Dan juga karena mau memaksimalkan waktu belanja. Yap! Sore ini jadwalnya belanja yuhuuuu~
 
Myeongdong
Yang namanya surga belanja di Seoul pastinya adalah Myeongdong! Sebenernya gue bukan termasuk shopaholic, tapi hobi liat-liat window shopping aja (klo punya duit berlimpah sih, jadinya hobi juga buat lempar-lempar duit ke setiap toko). Kemaren-kemaren gue sempet PO jastip CD KPOP, dan setelah googling, katanya toko kaset ada di Underground Myeongdong Station. Jadi, sebelum naik ke luar Myeongdong, mampir dulu ke deretan toko-toko. Selain beli CD Kpop yang harganya berkisar belasan ribu won, gue juga beli gantungan kunci karakter Katalk yang murahan (KW), 2000 won aja satuannya. Jadi inget, dulu sempet ditanya Max, suka karakter Katalk ga, tapi karena gue ga begitu akrab sama Katalk, gue bilang enggak. Udah sampe rumah baru nyesel, kenapa ga beli aksesoris Katalk, karena ini-kan salah satu karakter khasnya Korea. Jadinya kali ini beli! Di Underground Subway Station ada juga toko baju dsb, tapi gue entah kenapa ga begitu terkesan sama model-model bajunya, apalagi dengan harga yang ga begitu murah juga.
Selesai belanja di underground station, kita naik ke luar. Ternyata lagi ada acara kaya’ pembukaan Seoul Sale gitu. Ikutan ngantri (*naluri gratisan). Semacam muter roulette gitu (ternyata roulette itu lumayan berat ya, gue muternya dengan kemayu lemah lembut karena takut roulettenya roboh, eh malah muternya dikit banget. Haahaha…). Roulette gue dapet hadiah celengan ayam warna emas! Yeaiy! Celengan plastik biasa sih, tapi mayan lah ya. Trus juga dapet semacam brosur. Tapi event Seoul Sale ini baru mulai beberapa hari lagi, jadi kupon diskonnya masih belum bisa dipake (T_T).
Sore itu, kami cuma ngider-ngider aja di keramaian myeongdong. Bingung sih karena ga ada tujuan mau ke toko mana, nyari apa (apalagi kalo pas belnja dipikirin konversi maa uangnya). Jadinya jalan ke toko kaset lain. Sambil jalan ngelewat toko Line, foto deh di Brown yang gede kaya’ raksasa itu. Sempet mampir keluar-masuk beberapa toko, ngeliat toko baju, tapi yang mallnya bagus, harganya kemahalan. Wkwwkk.. Trus juga mampir ke Etude dan beberapa toko kosmetik lain. Kalo gue liat harganya sih, ga jauh beda sama yang dijual ol shop. Tapi ya paling ga, kalo beli langsung di korea sini, sudah terhindar dari barang KW. Di Myeongdong sini juga banyak jajanan. Sore itu gue beli ice cream Myeongdong yang terkenal karena tinggiiii (tapi rasanya biasa aja, ga begitu creamy susu) seharga 2.000 won rasa mix vanilla-greentea. (*trus baru nyadar, ini bikin icecreamnya halal ga bahannya. -_-). Beli jajan udang dan rajungan goreng juga seharga 5.000 won (tapi ga begitu enak), karena kita ngelihat ada tulisan ‘halal’ di gerobaknya. (*walopun gue ga yakin ahjumma yang jual ngerti ato ga sama halal). Gue juga jajan Grilled cheese-Rice cake seharga 3.000 won satu tusuk (tapi ya biasa aja rasanya, ga yang memuaskan rasa penasaran). Sempet juga beli Hammer Cake (yang ternyata adalah kue gede yang lumayan agak keras, trus dipukul pake palu sebelum di kasih kepembeli. udah itu aja. nothing more specil about that) seharga 3.500 won, dan air mineral botol seharga 1.000 won. Sebenernya ada banyaaaakkkk banget gerai yang jual jajanan di Myeongdong, ga perlu pusing buat mikir makan malam, tapi ya itu, yang terlihat menggiurkan, gue ga ngerti tentang ke-halal-an-nya.
Sebelum hari mulai gelap, gue memutuskan untuk pindah ke destinasi berikutnya.


Dongdaemun 
Sebagai orang yang berprofesi ga jauh dari seni, pastinya gue balik lagi ke sini! Karena dulu datang ke sini pas malem-malem, makanya kali ini gue nyempetin dateng pas hari masih terang, buat lihat hasil desain idola gue lebih jelas. Seperti biasa, ke luar lewat exit no.1 stasiun DDP. Sore itu rameeee… kayanya lebih rame daripada saat pertama gue ke sini. Ada semacam pertunjukan music/band lokal oleh muda-mudi (kaya’ yang di Yeouido). Ada juga stall buat jualan dan food truck (tapi ga beli euy). Poto-potolah kita sana-sini, sambil duduk-duduk istirahat. Cuma sayang, entah karena sudah lumayan sore, atau langit berawan, agak susah setting brightness kamera. Hmmmm menurut gue sih, bangunan ini lebih berkesan saat malam hari, saat pertama kali gue ke sini.
 
Ke DDP sini sebenernya juga mau ngeliatin Pop up store dari SM Ent yang berada di dalam hall Design Lab. Ketemu tokonya, jualan aksesoris-aksesoris yang didominasi oleh group EXO. Lanjut gue jalan-jalan mau nyari area tangga interior. Beraniin nanya ke resepsionis dimana area yang gue cari sambil nunjukin foto yang udah gue save dari IG. Interior DDP ini WAJIB untuk dilihat bagi pecinta seni dan arsitektur. Desainnya wuuuuwhhhh… untungnya ga semua area harus masuk berbayar, jadi masih bisa dinikmati gratisan. Tapi gue ga sanggup naik lebih jauh di area tangga yang gue cari tadi, karena udah capek. Mau ngeloyor kesana-kesini juga takut, takut nanti ditagih duit buat beli tiket masuk. Keluar dari area interior, hari sudah beranjak gelap. Langsung menuju spot foto utama berikutnya, Taman bunga mawar bercahaya layaknya sihir bagi mata yang menikmatinya. Puas-puasin foto, sampe bosen.
Dari DDP, kita nyebrang ke Doota. Rencananya mau mampir beli oleh-oleh yang terakhir kalinya. Memang deh, toko Arirang di doota lantai 6 ini pas banget kalo mau beli oleh-oleh sendok korea. Sendoknnya ada tulisan ‘Korea’ dan harganya lebih murah dibandingin sendok sejenis yang di jual di toko souvenir lain. Gue sih beli itu aja. Bonyok beli beberapa snack dan souvenir lain. Ada juga jualan pernak-pernik kpop gitu. Cuma sayang, kadang mereka ga nempelin harga, jadi harus tanya sama pelayan. Untung pelayannya selalu ada yang bisa Bahasa Indonesia, dan tokonya buka hampir 24 jam. Toko ini recommended dan pas banget buat dimampiri sebagai pelabuhan akhir penjelajahan di Seoul.! Mana pas bayar, sajangnimnya suka kasih hadiah gratis. Kkk…

Malam itu, suasana jalanan Dongdaemun rame banget oleh kendaraan. Awalnya sih mau pulang ke guesthouse naik taksi, tapi kalo kondisi jalan yang begini, takut argonya bakalan bengkak. Yah, karena guesthouse ga begitu jauh dari DDP, + 1km, diputuskan untuk berjalan kaki. Agak bingung juga sih jalannya lewat mana, mau nge-shortcut di gang kecil area pasar. Mana bawa belanjaan banyak lagi. Terpaksalah kaki diseret-seret, sampe ke guesthouse.


Day-5 
Day-7
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Travel, Architecture, Korea, Guitar
Hit me a message on

db.guitar.arch@gmail.com

Contact me

Nama

Email *

Pesan *

POPULAR POSTS

  • Kost dekat Universitas Bengkulu (UNIB)
  • My Bad Luck Experience in the End of Taiwan Trip
  • Belajar Korea
  • Liburan Kulur-Kilir
  • Voice of Murder - Korean movie

Label

korea jalan-jalan liburan entertainment arsitektur AkuDanKorea KeKoreaAja Badminton Music Makan chord guitar Film Jepang Temen other sahabat korea promotion Taiwan Malaysia Singapore HongKong Lombok palembang game Bali
Diberdayakan oleh Blogger
Punyakubae

Total Tayangan Halaman

Translate

Follow

Designed by OddThemes | Distributed by Blogspot